MATA INDONESIA, LONDON – Situai dan kondisi perekonomian di Inggris semakin memburuk. Inflasi harga barang di Inggris melonjak 10,1%. Angka ini mencatatkan rekor tertinggi sejak Februari 1982, dan naik dari tingkat inflasi tahunan yang mencapai 9,4% pada Juni lalu.
Tingkat inflasi ini semakin memberikan tekanan kepada sektor rumah tangga. Kenaikan ini juga berada di atas perkiraan para ekonom dalam jajak pendapat Reuters, yang menyimpulkan inflasi naik menjadi 9,8%. Dan tidak akan meredakan kekhawatiran Bank of England, bahwa tekanan harga akan semakin dalam.
Meskipun memperingatkan mengenai potensi terjadinya resesi, Bank of England awal bulan ini menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,5%, sehingga menjadi 1,75%. Kenaikan ini menjadi setengah poin pertama sejak 1995.
Bank tersebut memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya pada angka 13,3% Oktober mendatang.
”Setiap kejutan kenaikan inflasi mempererat cengkraman Bank of England. Dengan meningkatnya tekanan inflasi dan meningkatnya resesi,” kata ekonom senior di manajemen aset di manajer aset abrdn, Luke Bartholomew, Rabu 17 Agustus 2022.
Bartholomew memperkirakan Bank of England akan menaikkan suku bunga setengah poin lagi, sehingga menjadi 2,25% pada September nanti.
Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan kenaikan harga terlihat cukup jelas hampir pada seluruh sektor. ONS membagi indeks harga konsumen menjadi 12 kategori terpisah, dan sembilan di antaranya mencatatkan inflasi telah terjadi sejak bulan lalu.
Kondisi ini memberikan tekanan yang besar terhadap konsumen di Inggris. Berdasarkan laporan pasar tenaga kerja bahwa ada kenaikan gaji 4,7% antara April dan Juni. ”Situasinya menyedihkan bagi konsumen Inggris, yang saat ini ditekan dari semua sisi,” tulis ekonom senior di Berenberg, Kallum Pickering.
“Upah tidak naik cukup cepat untuk mengimbangi lonjakan inflasi, tetapi mereka naik terlalu cepat untuk disukai [Bank of England], karena ingin mengembalikan inflasi ke target,” ujarnya.