MATA INDONESIA, JAKARTA – Jika Yajuj dan Majuj bukan hal yang asing, mungkin Anda pernah dengar tentang Iskandar Dzulqarnain.
Namanya ada dalam Al Quran. Ia seorang raja Muslim yang berkuasa dan saleh. Daerah kekuasaannya juga besar. Membentang dari barat hingga timur. Namanya berarti ‘memiliki dua tanduk’.
Lebih terkenal lagi sebagai orang yang membangun benteng penghalang untuk kaum Yajuj dan Majuj. Ia dan pasukannya membuat pemisah dari besi meleleh agar kaum perusak tidak bisa kabur. Dinding ini terletak di pegunungan Kaukasus yang memanjang dari Laut Hitam sampai Laut Kaspia.
Ada beberapa tafsir yang berbeda tentang Dzulqarnain. Bagi Ibnu Katsir, nama Dzulqarnain merupakan sebuah gelar kepada seorang panglima penakluk yang saleh. Ia mengajak orang untuk menyembah Allah namun mereka justru ingkar.
Dalam tafsir lain, ia adalah hamba yang taat. Kisahnya mirip namun dengan sedikit ending yang berbeda. Di tafsir Syekh Al-Aiji Asy-Syafi’I, setelah ia hidup kembali, Allah SWT memberikannya kekuasaan yang tak tertandingi.
Intinya, Iskandar Dzulqarnain adalah seorang raja. Dalam perjalanannya, ia mendapat ilham dari Allah. Ia merupakan orang bijaksana yang memutuskan bahwa kaum yang membuat kerusakan akan mendapat hukuman. Dan yang berbuat baik akan mendapat kemudahan.
Dengan berbagai kebolehannya, Iskandar Dzulqarnain merupakan orang yang rendah hati. Ia tidak congkak dan sombong.
Kisahnya sebagai seorang pemimpin yang kuat mengundang banyak pendapat. Salah satunya adalah kemiripan Dzulqarnain dengan Alexander The Great.
Sama seperti Iskandar Dzulqarnain, Alexander adalah seorang Raja. Saat memimpin, ia menaklukkan Yunani di usia yang masih muda. Alexander juga terkenal sebagai orang yang memiliki visi menaklukkan dunia. Ia memiliki pasukan yang kuat. Dan berhasil menduduki berbagai wilayah di masa kepemimpinannya.
Karena sama sama memiliki kekuasaan yang besar, ia juga memiliki julukan ‘dua tanduk’ yang sama seperti Dzulqarnain. Inilah mengapa banyak yang mengira mereka orang yang sama.
Terdapat beberapa pendapat mengenai kemiripan dua tokoh ini. Alexander The Great mendapatkan simbol dengan dua tanduk dalam ceritanya. Hal ini yang menjadi referensi jika orang menyamakan keduanya. Terlebih, Iskandar Dzulqarnain merupakan sebuah gelar dan bukanlah nama.
Namun pendapat mengenai Dzulqarnain adalah Alexander The Great sendiri banyak terbantahkan. Sejumlah ilmuwan dan sejarawan menyatakan bahwa Alexander The Great dan Dzulqarnain yang ada dalam Al-Qur’an merupakan dua orang yang berbeda.
Ada beberapa alasan. Salah satunya adalah perbedaan dalam kepercayaan. Dzulqarnain yang disebut dalam Al Quran merupakan seorang hamba Allah SWT yang taat. Ia menyembah Tuhan yang sama seperti Ibrahim. Nah ini berbda dengan Alexander The Great. Raja Makedonia ini adalah penganut banyak tuhan alias Politeisme Yunani.
Selain itu, keduanya memiliki goals yang berbeda dalam kekuasaannya. Dzulqarnain melakukan perjalanan untuk menebar keadilan. Alexander The Great ingin menguasai tempat-tempat yang ia duduki. Ia juga termasuk kasar dalam misinya. Banyak yang terbunuh selama ia memimpin, apalagi penduduk asli wilayah yang ia kuasai.
Alasan lain dari bantahan ini adalah umur Dzulqarnain yang pendek. Ia meninggal saat masih berumur 32 tahun sedangkan banyak pendapat yang menyatakan bahwa Dzulqarnain berumur panjang. Ini sebagai sebuah balasan atas kebaikannya oleh Allah SWT.
Walau banyak sekali teori mengenai hal ini, akhirnya tidak ada yang tahu pasti. Hingga saat ini, tidak ada yang bisa benar-benar membuktikan siapakah Dzulqarnain.
Apakah ia hanyalah seorang Raja yang diberi gelar Dzulqarnain tanpa kaitan dengan tokoh pemimpin lain. Apakah Dzulqarnain memang merujuk kepada pemimpin lain seperti Cyrus atau Alexander seperti teori yang ada? Hampir tidak ada yang bisa benar-benar menjawabnya.
Pada akhirnya, Dzulqarnain dalam Al Quran sebagai bagian dari cerita mengenai Yajuj dan Majuj. Ia adalah orang yang membangun dinding penghalang dari makhluk akhir zaman tersebut tanpa detil lebih jauh lagi.
Penulis: Deandra Alika Hefandia