Membaca Peluang Generasi Milenial di Periode Kedua Kepemimpinan Jokowi

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Salah satu yang menarik dalam pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di gedung DPR, Jumat 16 Agustus 2019 lalu adalah soal penguatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia ke depan.

Jokowi mengatakan bahwa sesuai dengan tema kebijakan fiskal tahun 2020, fokus RAPBN diarahkan pada lima hal utama dan salah satunya adalah penguatan kualitas SDM untuk mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, terampil, dan sejahtera.

Selain berupaya untuk meningkatkan taraf dan kualitas pendidikan dari jenjang SD hingga SMA lewat perbaikan kualitas guru hingga bantuan pendidikan bagi siswa berprestasi dan dari keluarga yang kurang mampu. Di jenjang pendidikan menengah dan tinggi, kata Jokowi, pemerintah juga akan mencetak calon-calon pemikir, penemu, dan entrepreneur hebat di masa depan.

Kemudian pemerintah juga akan menginisiasi program kartu Pra-Kerja. Di mana mereka dapat memilih jenis kursus yang diinginkan, antara lain coding, data analytics, desain grafis, akuntansi, bahasa asing, barista, agrobisnis, hingga operator alat berat.

Jokowi juga nampaknya tak mengabaikan perkembangan teknologi. Di tengah revolusi industri 4.0, ia sadar betul  bahwa peran kaum milenial juga cukup dibutuhkan. Bahkan Jokowi pernah menghimbau kepada kalangan milenial untuk mulai membuat usaha sendiri lewat start up (perusahaan rintisan) dan unicorn.

Ia mengatakan bahwa ada tiga hal utama yang harus dimiliki generasi muda sekarang ini adalah optimisme, keberanian, dan kerja keras. Hal itu berguna untuk mengasah keahlian dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada, karena di era digital seperti sekarang ini persaingan sangat terbuka lebar.

Namun Jokowi pun cukup optimis dengan kemampuan kaum milenial tanah air. Alasannya karena ia menyaksikan sendiri bahwa sejumlah usaha yang dirintis anak-anak muda Indonesia dapat mengimbangi merek-merek global yang sudah terlebih dahulu hadir. Dan Indonesia yang kaya akan barang-barang komoditas yang sudah mendunia seperti kopi, teh, cacao, karet, kelapa sawit, hingga teh bisa dijadikan lahan usaha yang baru bagi kalangan milenial untuk merintis usaha.

“Saya pernah masuk ke sebuah outlet Toko Kopi. Pemiliknya masih sangat muda. Mau masuk saja antre. Ya sudah, saya ikut antre. Saya beli, saya coba. Enggak kalah dengan brand asing. Saya bisiki pemiliknya. Jangan hanya punya satu (gerai). Segera buka sebanyak-banyaknya. Kita harus berani. Kalau perlu jejerin itu brand asing. Beradu saja, berani enggak? Saya yakin kamu yang menang,” ujar Jokowi.

Lantas untuk perusahaan-perusahaan e-commerce berlabel unicorn seperti Go-jek, Tokopedia, hingga Bukalapak bisa dijadikan landasan dan inspirasi bagi kalangan milenial untuk mendirikan usaha serupa.

Tak hanya itu, untuk bidang pemerintahan, ia juga kemungkinan besar bakal memberikan ruang bagi kalangan milenial untuk bergabung dalam cabinet jilid II-nya. Hal ini nyata dalam kata-katanya bahwa ia telah memilih menteri berusia muda untuk masuk dalam jajaran kabinet pemerintahan. Calon menteri itu ada yang berusia di bawah 35 tahun, bahkan ada yang di bawah 30 tahun.

Pemilihan menteri muda memang sangat dibutuhkan saat ini. Apalagi, kita tengah memasuki revolusi industri 4.0. Tentu Indonesia membutuhkan tokoh-tokoh muda yang memang lebih melek di bidang teknologi. Selain itu, menteri muda juga dianggap dapat menyalurkan suara generasi milenial yang populasinya semakin meningkat.

Nama-nama sejumlah politisi dan professional muda non partai pun bermunculan sebagai kandidat kuat.

Berikut ini beberapa nama tokoh muda yang beredar di media massa maupun media sosial sebagai kandidat menteri. Dari kalangan parpol di antaranya adalah Tsamara Amany Alatas dan Grace Natalie yang berasal dari Partai Soldaritas Indonesia (PSI).

Lalu ada nama Angela Tanoesoedibjo dan Dito Ariotedjo. Angela adalah putri Hary Tanoesoedibjo dan kini menjbat sebagai Wasekjen Perindo. Sementara Dito adalah satu pengurus teras partai Golkar termuda saat ini dan merupakan putra dari Dirut PT Antam Arie Prabowo Ariotedjo.

Kemudian ada juga nama Emil Dardak dan Prananda Paloh. Emil berasal dari Partai Demokrat. Karir politiknya cukup gemilang. dari bupati Trenggalek, kini ia menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur. Sementara Prananda merupakan putra dari pemimpin partai Nasdem Surya Paloh dan kini menjabat sebagai anggota DPR Komisi I.

Lantas ada juga nama Agus Harimurti Yudhoyono dan Yuri Kemal Fadlullah Mahendra. Nama pertama tentu taka sing karena ia adalah putra sulung pendiri partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan merupakan salah satu petinggi dalam partai berlambang bintang mercy ini. Kalau nama yang kedua, ternyata adalah putra politisi kondang yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. Pada Pemilu Legislatif 2019, Yuri maju sebagai caleg dengan daerah pemilihan DKI II.

Sementara dari kalangan non partai, diwakilkan oleh Nadiem Makarim dan Achmad Zaky. Nadiem adalah bos Go-Jek. Bahkan di usia 35 tahun, ia telah berhasil menghantarkan Go-Jek sebagai e-commerce yang berkontribusi sebesar 9,9 triliun rupiah per tahun kepada perekonomian Indonesia.

Lalu Zaky sendiri juga tak kalah hebat. Ia adalah pendiri dan pemilik Bukalapak. Di usia yang masih 32 tahun, Achmad Zaky telah menuai kesuksesan yang berkat perusahaan start up yang didirikannya, kini penghasilannya mencapai 100 juta dolar AS atau setara 1,5 triliun rupiah. Bahkan pada pertengahan tahun 2018, majalah Globe Asia mempublikasikan daftar 150 orang terkaya di Indonesia.

Berita Terbaru

Pemerintahan Prabowo-Gibran Berkomitmen Mewujudkan IKN Sebagai Kota Ramah Lingkungan

Oleh: Dewi Ambara* Indonesia kini memasuki era baru dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dipimpin oleh Presiden...
- Advertisement -

Baca berita yang ini