MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia Solar Summit 2022/ISS 2022 terselenggara di Jakarta, pada 19-20 April 2022. Acara ini kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Institute for Essential Services Reform (IESR).
Ada harapan besar untuk acara itu. Yakni komitmen pemerintah pusat, daerah, konsumen listrik, pengembang swasta, BUMN, BUMD, dan masyarakat untuk mendorong adopsi PLTS yang lebih besar. Dan memobilisasi investasi.
Dalam laman resmi IESR, Indonesia Solar Summit (ISS) 2022 adalah serangkaian acara multistakeholders yang bertujuan untuk memobilisasi potensi investasi energi surya Indonesia. Dan mengakselerasi pemanfaatan PLTS untuk mencapai target Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
ISS 2022 menjangkau dan melibatkan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, pelaku bisnis, lembaga keuangan, asosiasi, pengembang energi surya, dan masyarakat umum. ISS 2022 juga menjadi puncak dengan rangkaian acara yang terdiri dari empat track. Yakni
- Subnational government
- Finance
- Commercial and industry
- Independent power producers (IPPs).
Kegiatan praacara itu akan mengidentifikasi perkembangan, realisasi, potensi, dan komitmen pengembangan proyek PLTS pada 2022. Serta hingga 2025 dan 2030. Komitmen ISS 2022 adalah kapasitas kumulatif hingga 1 GW pada 2022/2023. 10 GW hingga 2025. Dan 30 GW hingga 2030. Beserta komitmen investasi sesuai dengan kapasitas tersebut dari lembaga pembiayaan.
Komitmen itu juga akan membuka peluang pengembangan industri surya dalam negeri. Termasuk industri sel dan modul surya dan industri baterai.
Ego Syahrial, Sekjen ESDM, mewakili Menteri mengatakan bahwa dalam roadmap transisi energi Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) tahun 2060, energi surya akan berperan penting dalam penyediaan listrik nasional. Dari jumlah 587 GW kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT), sebesar 361 GW. Atau lebih dari 60 persen akan berasal dari energi surya.
”Pemerintah memiliki tiga program besar pemanfaatan energi surya. Yaitu PLTS atap, PLTS ground-mounted skala besar, dan PLTS terapung. Implementasi beragam program ini membutuhkan kontribusi dari banyak pihak. Tak hanya pemerintah, pemegang wilayah usaha, maupun pengembang energi terbarukan. Tetapi juga para pengguna energi, seperti sektor komersial dan industri,” kata Ego.
PLTS Atap merupakan salah satu quick wins percepatan pemanfaatan energi surya melalui kontribusi langsung dari para pengguna energi. Di kalangan industri energi surya juga untuk memenuhi tuntutan pasar yang semakin kuat terhadap produk hijau (green product).
“Dukungan dari manufaktur lokal juga sangat perlu untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dan memberikan manfaat yang besar terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja. Di samping itu aspek kemudahan akses pembiayaan murah, insentif, dan fasilitas pembiayaan lainnya sangat penting untuk memberikan kelayakan finansial dan meningkatkan investasi energi terbarukan seperti PLTS,” katanya.
Potensi
Potensi energi surya di Tanah Air jumlahnya tak main-main. Yakni mencapai 207,8 gigawatt (GW). Namun, hingga akhir 2021, kapasitas terpasang PLTS RI baru mencapai 200,1 megawatt (MW).
”Implementasi beragam program ini membutuhkan kontribusi dari banyak pihak. Tak hanya pemerintah, pemegang wilayah usaha, maupun pengembang energi terbarukan. Melainkan juga para pengguna energi, seperti sektor komersial dan industri,” katanya.
Ego mengatakan, saat ini sebanyak 31 perusahaan telah mendeklarasikan untuk membangun PLTS dengan kapasitas total 2,3 GW pada 2022. Dan 2023, serta rencana pembangunan pabrik komponen pendukung PLTS di Indonesia. Komitmen ini menurutnya akan memberikan angin segar bagi investasi energi surya di Indonesia.
Di samping itu, aspek kemudahan akses pembiayaan murah, insentif, dan fasilitas pembiayaan lainnya juga sangat penting. Khususnya untuk memberikan kelayakan finansial dan meningkatkan investasi energi terbarukan seperti PLTS. Pada 2021, Institute for Essential Services Reform (IESR) mengidentifikasi sejumlah rencana proyek PLTS skala besar dengan total 2,7 GW, dengan nilai investasi USD3 miliar.
Pada gelaran Indonesia Solar Summit 2022 terangkum jumlah rencana proyek PLTS hingga 2023 sebesar 2.300 MW. Yang mencakup PLTS atap (persentase terbesar), PLTS atas tanah, dan PLTS terapung.
Untuk memobilisasi potensi investasi ini, IESR menilai, perlu ekosistem yang menarik dan mendukung, termasuk kebijakan dan regulasi yang baik, implementasi komprehensif peraturan yang sudah ada, dan dukungan untuk mendorong pengembangan rantai pasok industri PLTS di Indonesia.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menyatakan bahwa untuk mencapai target energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 sesuai Perpres 22/2017. Selain target RUPTL 10,9 GW, butuh tambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan sekitar 4 GW di luar PLN. Tambahan ini bisa disumbang oleh PLTS baik PLTS atap maupun penggunaan PLTS di wilayah usaha (wilus) non-PLN.
“Dari deklarasi 2,3 GW proyek PLTS di ISS 2022 menunjukkan potensi energi surya yang sangat besar di Indonesia. Indonesia bisa jadi solar power house di Asia Tenggara dengan potensi pertumbuhan 3–4 GW per tahun. Ini membuka kesempatan mengalirnya investasi hijau, kesempatan menumbuhkan industri PLTS terintegrasi dari hulu ke hilir, dan penyerapan tenaga kerja serta daya dorong pemulihan ekonomi pasca-Covid-19. Presiden Jokowi perlu melihat potensi ini dan memimpin revolusi energi surya untuk transisi energi di Indonesia,” tandas Fabby.
Indonesia Solar Summit (ISS) 2022 digelar pada 19 dan 20 April 2022. Menghadirkan narasumber
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang diwakili Sekjen Kementerian ESDM
- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara
- Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE)
- Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan perwakilan Kementerian Keuangan.
- Selain itu juga mengundang CEO perusahaan nasional dan multinasional, dan 15 pembicara lokakarya Summit Day 2.
Presidensi Indonesia di G20 2022 menjadi momentum untuk menunjukkan keseriusan Indonesia mengakselerasi transisi energi global. Dan rencana transisi energi nasional untuk mencapai netral karbon 2060 atau lebih cepat. Percepatan pemanfaatan PLTS di Indonesia adalah salah satu caranya.