MATA INDONESIA, KIEV – Sebuah video yang dibagikan di media sosial, Twitter, menunjukkan Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan perdamaian. Namun, usut punya usut video tersebut ternyata hoax alias palsu!
Sebab hingga saat ini, Presiden Putin belum juga menginstruksikan untuk menghentikan perang di Ukraina. Setelah video Putin ramai beredar di Twitter, kini muncul video palsu lainnya.
Di mana Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengimbau rakyatnya untuk menyerah kepada lawannya, Rusia. Twitter memastikan bahwa dua video kepala negara itu adalah palsu.
Dalam video yang telah dihapus oleh Meta dan Youtube, Presiden Zelenskyy muncul di belakang podium, menyuruh warga Ukraina meletakkan senjata mereka. namun, kepalanya tampak terlalu besar dan lebih pixelated daripada tubuhnya.
Bukan hanya itu, dalam video tersebut suara Presiden Zelenskyy juga terdengar lebih dalam. Menanggapi video palsu tersebut, sang presiden menegaskan bahwa tindakan itu adalah provokasi yang kekanak-kanakkan.
Melansir BBC, Jumat, 18 Maret 2022, Pusat Komunikasi Strategis Ukraina menyatakan bahwa pemerintah Rusia mungkin menggunakan deepfake atau video palsu untuk memanipulasi dan meyakinkan Ukraina agar menyerah.
Kepala Kebijakan Keamanan Meta, Nathaniel Gleicher mengatakan bahwa pihaknya dengan cepat meninjau dan menghapus video palsu tersebut karena melanggar kebijakannya terhadap media yang dimanipulasi menyesatkan.
YouTube juga menyatakan telah menghapus video tersebut karena melanggar kebijakan informasi yang salah.
“Itu adalah kemenangan mudah bagi perusahaan media sosial karena video itu sangat kasar dan mudah terlihat palsu bahkan oleh pemirsa semi-canggih,” kata penulis buku Deepfakes, Nina Schick.
“Platform dapat membuat kehebohan besar dalam menangani ini ketika mereka tidak melakukan lebih banyak pada bentuk disinformasi lainnya. Ada begitu banyak bentuk disinformasi lain dalam perang ini yang belum dibantah,” tuturnya.
“Meskipun video ini sangat buruk dan kasar, itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Dan itu masih akan “mengikis kepercayaan pada media otentik”. Orang-orang mulai percaya bahwa semuanya bisa dipalsukan. Ini adalah senjata baru dan bentuk disinformasi visual yang ampuh – dan siapa pun bisa melakukannya,” tuntasnya.