MATA INDONESIA, JAKARTA – Kelompok separatis dan teroris (KST) Papua terus melakukan aksi teror kepada masyarakat. Beberapa tahun lalu, salah satu serangan yang KST Papua pimpinan Joni Botak menyerang perkantoran PT Freeport Indonesia di Kuala Kencana. Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai bahwa serangan yang dilakukan hanya sebagai strategi untuk menunjukkan eksistensi KST Papua.
“Mereka melakukan aksi kekerasan kepada pekerja juga untuk menjaga eksistensinya, karena kalau melakukan serangan terhadap TNI/Polri terlalu riskan,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Sabtu 12 Februari 2022.
Aksi teror yang terus dilakukan ini tidak lepas dari tujuan akhir KST Papua yaitu ingin Papua lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka, siapapun yang membantu pemerintah sudah dianggap sebagai musuh yang harus dilawan.
“Karena kelompok tersebut anti pemerintah dan niatnya memang ingin memisahkan diri dari NKRI,” kata Stanislaus.
Adapun insiden ini terjadi ketika Kapolda Papua masih dijabat oleh Irjen Pol Paulus Waterpauw. Saat itu, Kapolda menilai jika anggota KST Papua terdiri dari sekumpulan orang yang notabene masih muda namun tidak memiliki pekerjaan. Mereka mendapatkan senjata api dari hasil merampas milik aparat dan pencurian.
“Anak-anak ini memang sebagian besar ada di kota. Tidak menduga bahwa mereka akan melewati wilayah Kuala Kencana untuk melakukan kekerasan. Mereka sangat paham dengan jalur-jalur tradisional yang biasanya dilalui masyarakat,” kata Paulus.
Mereka melakukan aksi teror untuk memperlihatkan eksistensi kepada semua orang. Tujuannya untuk mendapatkan pengakuan.
“Jadi untuk minta pengakuan. Itu yang kami sadari. Lebih dari itu tidak. Dengan memiliki senjata api, mereka mau menunjukkan bahwa inilah kami. Kami punya kemampuan dan kekuatan. Keinginan mereka hanya sebatas itu tapi mengorbankan semua orang,” kata Paulus.