MATA INDONESIA, NEW YORK – Amerika Serikat (AS) dan Rusia terlibat perdebatan hebat mengenai krisis Ukraina di Dewan Keamanan PBB. Washington memperingatkan perang mengerikan jika Moskow menginvasi tetangganya.
Namun, para diplomat Rusia yang hadir mengecilkan ancaman konflik militer. Pernyataan tersebut senada dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov yang mengatakan bahwa Moskow tidak menginginkan perang dengan Ukraina.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan kepada dewan selama sesi terbuka khusus bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan mengancam keamanan global.
“Rekan-rekan, situasi yang kita hadapi di Eropa mendesak dan berbahaya, dan taruhan untuk Ukraina dan untuk setiap negara anggota PBB tidak bisa lebih tinggi lagi,” kata Thomas-Greenfield, memperingatkan konsekuensi mengerikan jika Rusia menyerang Ukraina.
“Tindakan Rusia menyerang jantung piagam PBB. Ini jelas dan konsekuensial sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan seperti yang bisa dibayangkan siapa pun,” sambungnya, melansir Al Jazeera, Selasa, 1 Februari 2022.
Militer Rusia telah mengerahkan ratusan ribu pasukan di dekat perbatasan dengan Ukraina, memicu krisis diplomatik dan meningkatkan kekhawatiran AS dan Eropa bahwa Moskow mungkin bersiap untuk invasi Ukraina dalam waktu dekat.
Namun, Rusia telah berulang kali membantah berencana untuk menyerang Ukraina, tetapi dengan keras menentang upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
Moskow juga menginginkan jaminan keamanan bahwa aliansi yang dipimpin AS akan menghentikan ekspansinya ke bekas republik Soviet itu. Akan tetapi, Washington dan NATO menolak permintaan tersebut.
Sementara itu, utusan Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya menuduh Washington dan sekutunya menghidupkan ancaman perang meskipun Moskow berulang kali menyangkal invasi yang direncanakan.
“Diskusi tentang ancaman perang sangat provokatif. Anda hampir menyerukan ini. Anda ingin itu terjadi. Anda menunggu itu terjadi seolah-olah Anda ingin membuat kata-kata Anda menjadi kenyataan,” kata Nebenzya dalam pertemuan Dewan Keamanan.
“Ini terlepas dari kenyataan bahwa kami terus-menerus menolak tuduhan ini, dan ini terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada ancaman invasi yang direncanakan ke Ukraina dari bibir politisi atau tokoh publik Rusia selama periode ini,” tegasnya.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden AS, Joe Biden meminta Rusia untuk menyelesaikan kebutuan secara diplomatis. Biden memastikan bahwa AS, sekutu, dan mitra akan terlibat dengan itikad baik.
“Jika sebaliknya Rusia memilih untuk menjauh dari diplomasi dan menyerang Ukraina, Rusia akan memikul tanggung jawab, dan itu akan menghadapi konsekuensi yang cepat dan berat,” tegasnya.
Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014. Tak lama kemudian mendukung pemberontakan separatis di timur negara itu, di mana pertempuran telah menewaskan lebih dari 13.000 jiwa dan membuat jutaan orang mengungsi.