MATA INDONESIA, JAKARTA – Bank Indonesia memiliki pandangan yang optimistis terhadap perekonomian 2022, meskipun terdapat risiko yang harus dihadapi dalam menavigasi ekonomi.
”Semangat ini harus terus termasuk dalam Presidensi G20 Indonesia,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Sabtu 29 Januari 2022.
Perry memaparkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga. Meskipun terdapat berbagai risiko, termasuk normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Indonesia, memiliki ketahanan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,7 – 5,5 persen pada 2022, dan inflasi yang meningkat namun tetap dalam kisaran target 3 persen+1 persen.
Selain itu, defisit transaksi berjalan perkiraanya rendah. Dan terkendali dengan cadangan devisa yang memadai dalam mendukung stabilitas eksternal.
“Kebijakan Bank Indonesia akan fokus untuk menjaga stabilitas dan sekaligus mendorong pemulihan ekonomi,” ujar Perry.
Normalisasi kebijakan likuiditas dengan tetap memastikan partisipasi dalam pembelian surat berharga negara (SBN). Hal ini untuk pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Dan kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada dunia usaha.
Suku bunga akan bertahan pada level yang akomodatif. Hingga terdapat tanda peningkatan inflasi. Di sisi lain, kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, masih perlu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Emmanuel Roman, CEO PIMCO, salah satu manajer investasi terbesar dunia menyampaikan keyakinannya bahwa perekonomian beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, memiliki prospek jangka panjang yang baik.
“Namun, sejumlah risiko tetap perlu waspada seperti geopolitik, Covid-19 yang masih memiliki ketidakpastian akan berakhir. Normalisasi kebijakan The Fed, transisi menuju ekonomi hijau, dan transformasi perkembangan teknologi digital,” kata Emmanuel Roman.