MATA INDONESIA, ALMATY – Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev mengizinkan pasukan keamanan untuk melepaskan tembakan kepada para demonstran yang berpartisipasi dalam kerusuhan. Pernyataannya ini merupakan tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung.
Kazakhstan, sebuah negara yang terletak di Asia Tengah dan kaya akan minyak itu mengalami aksi demonstrasi terburuk sejak memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet tiga dekade lalu dengan puluhan orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan tersebut.
Demonstrasi yang kini melebar itu dipicu dengan kenaikan harga bahan bakar hampir dua kali lipat. Aksi pun dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap pemerintahan otoriter.
Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada bangsa, Presiden Kassym-Jomart Tokayev menggunakan retorika yang keras, merujuk pada mereka yang terlibat dalam kekacauan sebagai “teroris,” “bandit”, dan “militan”.
“Saya telah memberikan perintah kepada penegak hukum dan tentara untuk menembak mati tanpa peringatan. Mereka yang tidak menyerah akan tersingkir,” kata Presiden Kassym-Jomart Tokayev, melansir npr.org, Sabtu, 8 Januari 2022.
Kekhawatiran tumbuh dalam beberapa hari terakhir bahwa tindakan keras yang lebih luas mungkin akan datang, karena layanan internet dan ponsel mengalami gangguan, bahkan diblokir total. Sehingga sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi di Kazakhstan.
Yang menambah ketakutan, yakni permintaan Presiden Tokayev untuk bantuan dari aliansi militer yang dipimpin Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), yang pasukannya telah berdatangan sejak Kamis (6/1).
Pada Jumat (7/1), Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan melaporkan bahwa pasukan keamanan telah membunuh 26 pengunjuk rasa selama kerusuhan, dengan 26 lainnya terluka dan lebih dari 3.800 orang telah ditahan.
Akan tetapi, jumlahnya tidak dapat diverifikasi secara independen, dan tidak jelas apakah lebih banyak orang mungkin tewas dalam huru-hara ketika protes berubah menjadi kekerasan.
Namun di bagian lain negara itu, kehidupan mulai kembali normal. Pada Jumat (7/1) pagi waktu setempat, laporan berita mengatakan saluran internet sebagian dipulihkan di ibu kota, Nur-Sultan, tetapi masih belum jelas untuk berapa lama.
“Bandara Almaty – yang sebelumnya diserbu dan direbut oleh para pengunjuk rasa, telah kembali di bawah kendali penegak hukum Kazakhstan dan pasukan CTSO,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen Igor Konashenkov.
Beberapa jam sebelum mengizinkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap demonstran yang berpartisipasi dalam kerusuhan, Presiden Tokayev mengindikasikan bahwa beberapa ukuran ketenangan telah dipulihkan, dengan mengatakan pihak berwenang setempat mengendalikan situasi.