MATA INDONESIA, JAKARTA – Merekayasa hoax sudah dilakukan puluhan tahun lalu dan salah satu yang fenomenal karena bisa bertahan puluhan tahun adalah hoax paleontologi di Inggris karena bangsa mereka ingin dianggap sebagai cikal-bakal manusia pertama di bumi ini.
Hoax itu bernama manusia Piltdown (Eoanthropus dawsoni) yang disebut merupakan fosil tengkorak dan rahang manusia purba dari taksonomi primata atau hominid.
Fosil itu, seperti dilansir wikipedia, ditemukan Charles Dawson pada November 1912 di sebuah lubang bawah tanah wilayah Piltdown dekat Uckfield di Sussex, Inggris pada 1912.
Nama latin yang diberikan kepada temuannya itu berarti “manusia senja Dawson.” Penemuan itu juga dianggap para palentologis Inggris sebagai suatu kunci pembukti hubungan antara kera dengan manusia, karena adanya kranium (bagian tulang yang membungkus otak) yang mirip milik manusia dan rahang berbentuk seperti rahang kera.
Sebab, sebelumnya Charles Darwin sebagai Bapak Teori Evolusi menemukan alur yang terputus (missing link) pada teori yang menghubungkan kera dengan manusia. Manusia Piltdown itu lah yang dianggap menjadi penghubungnya.
Selain itu, penemuan tersebut juga membanggakan orang Inggris terutama ras Eurasia karena bisa dengan bangga menyatakan dari ras mereka lah manusia pertama di bumi ini.
Namun, banyak kalangan yang meragukan temuan tersebut hingga ada penemuan kedua pada 1915, sebab para ahli menemukan banyak kejanggalan antara manusia Piltdown dan hominid.
Meski begitu, kebohongan alias hoax itu tetap tersimpan rapi di tempat penyimpanan tulang tengkorak dan rahang palsu tersebut karena terhindar dari pandangan publik.
Kebohongan pun terbongkar 40 tahun kemudian. Pada 21 November 1953, Manusia Piltdown resmi dinyatakan sebagai penipuan setelah dilakukan tes florin pada tengkorak dan penanggalan ulang usia tanah di Piltdown yang mulai dilakukan pada 1949 membuktikan kepalsuan terheboh dalam sejarah tersebut.
Alvan T. Marson adalah ilmuwan pengungkap rekayasa yang mengecoh paleontologis dan seluruh orang di dunia.
Hasil tes mengungkapkan tulang tengkorak yang ditemukan berasal dari manusia zaman pertengahan (abad 5-10 M). Artinya, fosil tersebut berusia masih terbilang ‘muda’, tidak sampai lebih dari 1.500 tahun.
Parahnya lagi, rahang bagian bawahnya berasal dari seekor orangutan dan fosil giginya berasal dari simpanse yang belum lama mati.
Tengkorak dan rahang yang sudah disatukan dan direkatkan tersebut pun disamarkan dengan menodai tulang menggunakan larutan besi dan asam kromat agar memberi kesan ‘berumur tua.’
Sayang, ‘otak’ di balik penipuan itu (yang menyusun set tengkorak tersebut, yang juga diduga sebagai pendukung teori evolusi) dikabarkan tidak pernah terungkap.