Efek Penurunan Suku Bunga The Fed Tak Sesuai Ekspektasi, Rupiah Tersungkur

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Pada penutupan perdagangan pasar spot Rabu 24 Juli 2019, mata uang rupiah ditutup melemah di level 13.990 per dolar AS, atau turun 0,07 persen dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di level 13.980 per dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan mata uang Garuda masih dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif dari eksternal atau global.

Pertama, Washington pada hari Selasa kemarin mencapai kesepakatan antara pemerintah dan Kongres AS mengenai batas pagu utang untuk dua tahun ke depan, sehingga tidak akan ada lagi penutupan atau shutdown pemerintahan AS di tahun ini.

Para analis berpendapat peningkatan pinjaman AS akan memperketat pasokan uang dalam sistem perbankan negara dan pada gilirannya mendukung dolar.

Yang kedua, The Federal Reserves atau The Fed (Bank sentral AS) kemungkinan tidak akan terlalu agresif dalam menurunkan suku bunga acuan. Pekan lalu, pasar sempat yakin Bank Sentral AS akan memangkas suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) dalam pertemuan akhir bulan ini.

“Namun ekspektasi itu mereda, penurunan 25 basis poin dirasa lebih masuk akal,” ujar Ibrahim kepada Mata Indonesia News, Rabu 24 Juli 2019.

Sentimen dari The Fed ini yang menjadi pendorong utama penguatan dolar AS sejak awal pekan. Semakin dekat ke pelaksanaan rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC), maka persepsi tersebut semakin kuat sehingga dolar AS terus bertenaga.

Ketiga, terpilihnya Boris Jonhson menjadi ketua partai konservatif dan otomatis menjadi perdana menteri Inggris. Boris Johnson merupakan tokoh euroskeptik atau anti Uni Eropa. Bahkan Johnson sudah berulang kali menegaskan akan merealisasikan Brexit pada 31 Oktober, dengan kesepakatan ataupun tanpa kesepakatan (no-deal) sekalipun.

Sementara sentimen positif cuma datang dari penantian investor terhadap hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) yang diumumkan Kamis waktu Indonesia (besok).

“Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Presiden Mario Draghi dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan 10 basis poin menjadi -0,5% pada September, bukan bulan ini,” kata Ibrahim.

Investor juga menantikan petunjuk seputar arah kebijakan ECB ke depan. Bagaimana ECB melihat prospek perekonomian Benua Biru ke depan? Apakah ECB tidak hanya sekali menurunkan suku bunga tahun ini? Apakah program pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) akan kembali dilakukan?

Selanjutnya adalah adanya beberapa kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-China. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan pejabat senior AS akan melakukan perjalanan ke Shanghai pada hari Senin untuk pertemuan perdagangan langsung dengan para pejabat Cina.

Adapun dalam transaksi hari ini, rupiah dibuka melemah dan sempat mencapai level 14.022 karena didukung oleh data eksternal yang negatif.  Sedangkan dalam transaksi siang pelemahan rupiah kembali tertahan di 13.982 karena sentimen dari data eksternal yang positif.

Sementara untuk esok hari, 25 Juli 2019, rupiah masih akan lanjutkan pelemahan di kisaran 13.965 per dolar AS hingga 14.050 per dolar AS. (Krisantus de Rosari Binsasi)

Berita Terbaru

Pemerintahan Prabowo-Gibran Berkomitmen Mewujudkan IKN Sebagai Kota Ramah Lingkungan

Oleh: Dewi Ambara* Indonesia kini memasuki era baru dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dipimpin oleh Presiden...
- Advertisement -

Baca berita yang ini