MATA INDONESIA, PYONGYANG – Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa Pyongyang kembali melepaskan rudal hipersonik. Ini merupakan yang terbaru dari serangkaian senjata anyar yang diuji negara tersebut.
“Pengembangan sistem senjata meningkatkan kemampuan pertahanan Korea Utara,” kata KCNA, menggambarkan rudal hipersonik sebagai senjata strategis, melansir Reuters, Rabu, 29 September 2021.
Tidak seperti rudal balistik pada umumnya – terbang ke luar angkasa sebelum kembali pada lintasan curam, senjata hipersonik terbang menuju target di ketinggian yang lebih rendah dan dapat mencapai lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 km per jam (3.853 mil per jam).
Tes itu bisa berarti Korea Utara bergabung dalam perlombaan percepatan untuk menyebarkan senjata yang sekarang melibatkan Amerika Serikat (AS), Rusia dan Cina. Akan tetapi, Presiden Kim Jong-un tidak menghadiri peluncuran uji coba rudal balistik tersebut.
Korea Utara terus mengembangkan sistem persenjataannya di tengah kebuntuan pembicaraan yang bertujuan untuk membongkar persenjataan nuklir dan rudal balistiknya dengan imbalan keringanan sanksi AS.
“Dalam uji peluncuran pertama, para ilmuwan pertahanan nasional mengkonfirmasi kontrol navigasi dan stabilitas rudal,” kata laporan itu.
Dikatakan rudal, yang disebut Hwasong-8, dilakukan untuk target teknisnya termasuk kemampuan manuver pemandu dan karakteristik penerbangan meluncur dari hulu ledak meluncur hipersonik.
Senjata hipersonik dianggap sebagai senjata generasi berikutnya yang bertujuan untuk merampok waktu reaksi musuh dan mekanisme kekalahan tradisional.
Pada bulan Juli, Rusia telah berhasil menguji coba rudal jelajah hipersonik Tsirkon(Zirkon), senjata yang oleh Presiden Vladimir Putin disebut sebagai bagian dari sistem rudal generasi baru yang tak tertandingi di dunia.
Chang Young-keun, seorang spesialis rudal di Universitas Aerospace Korea Selatan, mengatakan uji coba kendaraan peluncur hipersonik (HGV) Korea Utara kemungkinan gagal, mengingat penerbangan itu memiliki kecepatan Mach 2.5.
“Teknologi HGV Utara tidak sebanding dengan AS, Rusia atau Cina dan untuk saat ini tampaknya bertujuan untuk jarak pendek yang dapat menargetkan Korea Selatan atau Jepang,” kata Chang.
Korea Utara pekan lalu mengatakan pihaknya bersedia mempertimbangkan pertemuan puncak lain dengan Korea Selatan jika rasa saling menghormati dapat dijamin, menyusul seruan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk sebuah deklarasi untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea 1950-1953.
Kedua Korea sama-sama menguji coba rudal balistik pada 15 September. Sebagai bagian dari perlombaan senjata di mana kedua negara telah mengembangkan senjata yang semakin canggih.