Industri Baja Nasional Makin Mengeliat di Masa Pandemi Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Pengamat kebijakan publik Fernando Emas mengatakan baja merupakan bahan baku berbagai produk konsumsi, baik yang berada dalam lingkup produk turunan baja itu sendiri, maupun produk-produk lain yang lebih kompleks seperti automotif, elektronika, hingga kemasan makanan.

Dalam rentang waktu Januari-Agustus 2021 terjadi peningkatan impor bahan baku baja sekitar 66 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurutnya, peningkatan impor bahan baku baja tersebut merupakan hal yang lumrah. Sebab walaupun impor bahan bakunya meningkat tapi ekspor produk bajanya juga meningkat tajam dibanding periode tersebut, yakni mencapai lebih dari 1.500 persen.

“Angka itu belum memperhitungkan nilai tambah yang diperoleh sektor industri penggunanya, juga substitusi impor pada produk turunannya. Ini yang seharusnya dianalisis,” ujarnya.

Fernando mengatakan di tengah masa pandemi Covid-19, ketika perekonomian nasional masih berangsur pulih, sektor industri logam justru mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Pada semester I/2021 sektor industri logam berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,3 persen, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya tercatat sebesar 7,01 persen.

Tingginya laju pertumbuhan sektor industri logam tersebut didorong oleh meningkatnya utillisasi produksi dari 51,2 persen pada Januari 2021 menjadi 79,9 persen pada Juli 2021.

“Selain itu masuknya investasi baru baik dari dalam maupun luar negeri turut mendukung laju pertumbuhan tersebut,” katanya.

Berdasarkan data yang dilansir BKPM, pertumbuhan investasi sektor industri logam pada kuartal II/2021 sebesar 31,35 persen atau senilai 1,78 miliar US dolar dan Rp1,67 triliun.

Dukungan kebijakan pemerintah saat ini sangat tepat terutama pada pengembangan industri logam seperti supply-demand yang terukur merupakan faktor kunci tingginya laju pertumbuhan tersebut.

Kalangan pengusaha memandang bahwa kebijakan pemerintah dalam menjaga keseimbangan pasokan dan kebutuhan baja nasional saat ini sudah tepat untuk menjaga laju pertumbuhan dan berharap agar kebijakan tersebut dapat terus dilakukan secara konsisten pada masa mendatang.

Di tengah fenomena kenaikan impor baja yang terjadi pada paruh pertama 2021, neraca perdagangan besi dan baja nasional justru mengalami surplus sebesar USD2,7 miliar. “Hal ini mengindikasikan bahwa impor dilakukan untuk menciptakan nilai tambah produk besi dan baja,” kata Fernando.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Memperkokoh Kerukunan Menyambut Momentum Nataru 2024/2025

Jakarta - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, berbagai elemen masyarakat diimbau untuk memperkuat kerukunan dan menjaga...
- Advertisement -

Baca berita yang ini