MATA INDONESIA, JAKARTA-Guru Besar Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) IPB University, Hermanto Siregar mengatakan jika program Kartu Prakerja dikelola baik dan terus dilakukan berbagai perbaikan, bukan mustahil dengan kapasitas teknologi digital di dalamnya, jadi agen penyalur tenaga kerja yang efektif dan bisa diandalkan.
“Kartu Prakerja ini sudah punya segmen tersendiri. Tinggal kuatkan fungsi search and matchnya. Baik dengan dunia kerja maupun lembaga pembiayaan,” katanya.
Pandemi Covid-19 kata dia, mengajarkan banyak hal baru, termasuk di antaranya pola baru dalam kegiatan pembelajaran, yakni cara belajar dalam jaringan (daring) yang ternyata memiliki efekftivitas tersendiri secara waktu dan biaya, khususnya dalam konteks Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Karena itu, meski pada Semester I 2022 pelatihan di Kartu Prakerja direncanakan juga berlangsung secara luring atau offline, program ini harus tetap mempertahankan karakter khas dan pasar yang sudah terbentuk selama ini. Pelatihan secara daring jangan dihilangkan sama sekali,” kata Hermanto.
Dari testimoni alumni berbagai gelombang yang sudah dilaksanakan, program Kartu Prakerja memberi nilai manfaat sangat tinggi. Terutama karena pelatihan-pelatihan dari Kartu Prakerja hadir sebagai pelengkap dari pembelajaran di sekolah kejuruan, perguruan tinggi, maupun training-training yang selama ini dilaksanakan kementerian atau lembaga lain.
Hermanto mencatat beberapa hal terkait masukan atas program Kartu Prakerja yang sudah berjalan 18 bulan dalam 19 gelombang serta menjangkau 9,88 juta orang penerima manfaat yang tersebar di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi.
“Semoga pelatihan-pelatihannya makin banyak yang terintegrasi dengan link-up kebutuhan industri. Sementara itu, untuk lulusan Prakerja yang ingin terjun ke dunia wirausaha bisa terkoneksi dengan lembaga keuangan mikro,” katanya.
Ia memaklumi, karena datangnya pandemi Covid-19, Kartu Prakerja juga berfungsi sebagai program semi bantuan sosial, selain visi utama untuk meningkatkan keterampilan angkatan kerja.
“Maka wajar jika Kartu Prakerja yang sudah direncanakan dengan serius sebelum terjadinya pandemi kemudian fungsinya menjadi semi bansos dengan tingginya penggunaan insentif untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Pada kenyataannya, banyak yang kehidupannya terbantu dari program ini,” katanya.