Waduh, Keluarga Tentara AS yang Meninggal Dunia Sumpahin Biden Terbakar di Neraka!

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Keluarga dari 13 pasukan Amerika Serikat (AS) yang tewas dalam ledakan bom bunuh diri di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan tak dapat menahan emosi di jiwa.

Sumpah serapah pun dilontarkan pihak keluarga untuk sang Presiden, Joe Biden. Salah satu keluarga bahkan berharap Biden terbakar di neraka. Pihak keluarga murka, lantaran Biden lebih banyak membicarakan mengenai kematian sang putra, Beau Biden.

Ketika Biden meninggalkan Pangkalan Angkatan Udara Dover setelah bertemu keluarga yang baru saja menerima jenazah orang yang mereka cintai dari bandara Kabul, seorang perempuan dengan lantang berteriak.

“Saya harap Anda terbakar di neraka! Itu saudaraku!” teriak perempuan itu, melansir The Independent, Rabu, 1 September 2021.

Sementara Mark Schmitz – ayah dari Jared Schmitz yang merupakan satu dari 13 tentara AS yang tewas, mengatakan bahwa keputusan Biden menarik pasukan AS dari Afghanistan adalah hal yang memalukan. Dia juga menyalahkan sang presiden atas kepergian putranya yang baru berusia 20 tahun.

“Saya berkata, ‘Jangan pernah melupakan nama itu. Jangan pernah kau lupakan wajah itu. Jangan pernah lupa nama 12 orang lainnya… dan luangkan waktu untuk mempelajari kisah mereka’,” kata Schmitz kepada presiden.

“Ketika dia terus berbicara tentang putranya, itu hanya – membuat minat saya hilang. Saya lebih fokus pada putra saya sendiri daripada apa yang terjadi dengan dia dan putranya. Saya tidak mencoba menghina presiden, tetapi sepertinya tidak pantas menghabiskan banyak waktu untuk putranya sendiri,” sambungnya.

Istri Kopral Marinir Rylee McCollum, Jiennah McCollum yang sedang hamil, kecewa dengan pidato Biden. Pun dengan saudara perempuannya Roice McCollum yang mengatakan bahwa isi pidato Biden sangat dangkal.

“Anda tidak bisa berlutut di bendera kami dan berpura-pura peduli dengan pasukan kami. Anda tidak bisa berbuat seburuk yang dia lakukan dan meminta maaf. Ini tidak perlu terjadi, dan setiap kehidupan ada di tangannya,” kata McCollum.

“Ribuan orang Afghanistan yang akan menderita dan disiksa adalah akibat langsung dari ketidakmampuannya,” sambungnya.

Darin Hoover, ayah Taylor Hoover, mengatakan kepada Fox News bahwa keluarganya tidak ingin berada dekat Biden. Ia juga merasa risih ketika Biden memeriksa arlojinya setiap kali peti mati diturunkan dari pesawat.

“Mereka memberi hormat, dan dia melihat ke bawah arlojinya di setiap jam terakhir, semuanya 13, Biden terus melihat ke arah arlojinya,” kata Hoover kepada Fox.

“Sebagai seorang ayah, melihat itu dan rasa tidak hormat, dan mendengar dari mantan pemimpinnya, salah satu sersan utama (Taylor) berkata … bahwa ini dapat dihindari. Itu tidak boleh terjadi lagi,” tambahnya.

Sebelum pertemuan, Kathy McCollum mengatakan kepada radio SiriusXM Patriot bahwa dia dibangunkan pada pukul 04.00 pagi waktu setampat oleh dua Marinir yang memberi tahunya bahwa sang putra telah meninggal.

“Saya tidak pernah berpikir dalam sejuta tahun (anak saya) akan mati sia-sia karena omong kosong yang penuh dengan demensia yang memutuskan dia ingin melakukan pemotretan pada 11 September. Itulah yang membunuh saya,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok Energi dan BBM Aman Selama Libur Tahun Baru 2025

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan distribusi energi tetap terjaga selama perayaan Natal...
- Advertisement -

Baca berita yang ini