MATA INDONESIA, SOLO – Mangkunegara IX meninggal dalam usia 69 tahun setelah menjalani perawatan akibat sakit jantung. Jenazah Mangkunegara IX akan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja Mangkunegaran, Astana Girilayu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Saat prosesi pelepasan jenazah, empat putra penguasa Mangkunegaran turut mengiringi menuju kompleks pemakaman, yakni GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara, GRAy Putri Agung Suniwati, GRAj Ancillasura Marina Sudjiwo, dan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.
Keempat putra dan putri Mangkunegara IX juga turut melakukan tradisi “brobosan” di bawah peti jenazah sang ayahanda. Untuk informasi, Brobosan berarti menerobos, yaitu jalan bergantian sebanyak tiga kali di bawah keranda atau peti jenazah yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Dimulai dari sebelah kanan, ke sebelah kiri, ke depan, hingga kembali ke sebelah kanan.
Sementara sang istri, Kanjeng Putri Mangkunegara IX juga ikut mengikuti prosesi Brobosan ini. Sayup-sayup terdengar alunan Gending Ketawang sebagai pelambang pelepasan jenazah penguasa Mangkunegaran.
Jenazah putra keempat Adipati Mangkunegara VIII yang memiliki nama kecil Gusti Jiwo itu juga turut diiringi para pelayat. Beberapa perwakilan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di antaranya: Gusti Kanjeng Ratu Wandansari atau Gusti Moeng dan KGPH Dipokusumo juga terlihat hadir.
Mantan Wali Kota Surakarta, Rudy yang hadir mengatakan bahwa sosok Adipati Mangkunegaran IX adalah sosok yang patut diteladani. Pasalnya, meski memiliki darah ningrat, Mangkunegara IX merupakan sosok yang membumi.
“Yang harus diteladani bersama adalah dalam mengelola tradisi dan budaya di Kota Solo, khususnya di Mangkunegaran. Beliau biar pun sebagai raja dengan masyarakat tetap memperhatikan, hubungan dengan masyarakat juga baik,” ucap Rudy.
“Kenangan dengan almarhum untuk menata Mangkunegaran yang di dalam dan di luar. Beliau mengikuti apa yang diharapkan pemerintah, termasuk yang di timur (pura bagian timur) itu mudah-mudahan akan lebih baik,” tuntasnya.