Gandeng Perusahaan E-Commerce, UI Serius Perkuat UMKM

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pandemi virus corona berdampak serius kepada segala sektor, khususnya ekonomi. Hal ini dirasa secara signifikan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Mengingat pandemi menurunkan daya beli masyarakat.

Krisis yang dialami para pelaku UMKM tanpa disadari menjadi ancaman perekonomian nasional. Untuk itu pembinaan dan bantuan untuk pelaku UMKM di masa pandemi perlu menjadi perhatian banyak sektor, terutama lembaga pemerintah.

Rektor Universitas Indonesia (UI) Profesor Ari Kuncoro mengatakan bahwa UMKM memegang peranan penting sekaligus salah satu barometer perekonomian Tanah Air.

“Pemberdayaan UMKM merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinian,” tutur Prof Ari Kuncoro dalam keterangan, Rabu, 23 Juni 2021.

Untuk membangkitkan dan mengembangkan UMKM, UI bekerja sama dengan para mitra di bidang e-commerce. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan angka penjualan UMKM di Indonesia dengan memanfaatkan era digitalisasi sebagai instrumen promosi yang masif.

“Kami harapkan kerja sama dengan Shopee Indonesia dapat dibangun sinergitas dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi kerakyatan lokal maupun nasional UMKM di kampus UI guna menunjang target bersama dalam pemberdayaan UMKM era digital,” sambungnya

UI menggandeng banyak pihak, di antaranya perguruan tinggi, industry, pemerintah, masyarakat, dan media massa untuk bersinergi dalam bentuk pentahelix.

Sebagai catatan, pentahelix merupakan konsep pembangunan, dimana unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media bekerjasama untuk mencapai peningkatan dan percepatan pembangunan) satu yang harusnya ditambah adalah media.

Pentahelix menjadi jargon penting, karena ada misi dan visi yang terkandung di dalamnya yakni kompak, saling support, kerjasama dalam membangun target sasaran.

Lewat kemitraan yang kuat dan iklim yang kondusif sektor apapun bisa dilakukan baik itu sektor pariwisata, usaha kecil menengah, koperasi, ataupun sektor franchise. Bahkan ketika anggaran desa yang digelontorkan kepada desa pun melalui strategi Pentahelix akan menghasilkan gagasan dan ide-ide yang kreatif, inovatif dan berkesinambungan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini