Siapa Pembunuh Ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh dan Apa Motifnya?

Baca Juga

MATA INDONESIA, TEHERAN – Pada 27 November 2020, ilmuwan Iran, Mohsen Fakhrizadeh secara mengejutkan tewas dibunuh di satu lokasi dekat ibu kota Teheran. Insiden ini menambah daftar kematian para ilmuwan Iran dalam 11 tahun terakhir. Ada yang terkena ledakan bom dan ada juga yang ditembak seperti Mohsen Fakhrizadeh.

Sayang walau dia sangat berjasa dalam pembuatan nuklir, mayoritas warga Iran tidak ada yang mengenalnya. Namun, bagi negara negara barat dan sejumlah pihak yang mengikuti program nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh dianggap sebagai kunci dari pembuatan peledak tersebut.

Maka tak heran, jika ia selalu dijaga oleh pengawal pribadi yang mengisyaratkan bahwa Mohsen Fakhrizadeh bukan orang sembarangan. Hal itu dilakukan oleh pemerintah Iran karena khawatir terhadap keselamatannya.

Meski begitu, di atas kertas pemerintah Iran seperti mengecilkan peran Mohsen Fakhrizadeh. Ia hanya digambarkan sebagai ilmuwan dan peneliti yang bergerak untuk menemukan alat tes Covid-19. Yang jelas, Mohsen Fakhrizadeh merupakan ilmuwan Iran kelima yang tewas dibunuh. Sebelumnya insiden serupa terjadi pada Januari 2010, dimana sepeda yang dinaiki oleh Masoud Alimohammad telah dipasangi bom.

Dan benar saja, orang yang juga terlibat dalam program nuklir itu seketika tewas di tempat. Selang beberapa bulan kemudian, bom yang dipasang di pintu mobil membuat ilmuwan nuklir Majid Shahriari terbunuh. Tidak sampai disitu, pada hari yang sama rekannya, Fereydoon Abbasi mengalami luka serius akibat insiden serupa.

Sayangnya, hal itu terjadi kembali pada Juli 2011, dimana ahli fisika ditembak mati di depan rumahnya. Dan pada Januari 2012, ilmuwan bernama Mostafa Ahmadi Roshan tewas dalam ledakan bom. Lalu, siapa pelaku dari pembunuhan lima ilmuwan Iran tersebut?  Hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku dan bertanggung jawab.

Namun, untuk insiden terbaru yang menewaskan Mohsen Fakhrizadeh, pemerintah Iran telah menangkap beberapa orang. Ketika ditanya siapa pelakunya, penasihat parlemen Iran Hossein Amir Abdollahian tidak mau menjawabnya.

Ia hanya menuding bahwa pembunuhan ini dilakukan Israel. Namun, hingga beberapa hari setelah itu tidak ada reaksi dari pemerintah Israel. Mereka tidak membantah maupun membenarkan. Diketahui, hanya satu orang yang berani memberi tanggapan, dia adalah Raz Zimmt dari Pusat Kajian Keamanan Nasional di Israel.

Dirinya mengatakan bahwa tudingan itu harusnya diarahkan khusus ke dinas rahasia negara Israel, Mossad. Sayangnya, pihak dari badan intelijen itu pun juga membantah adanya keterlibatan dalam insiden tersebut. ”Mossad hampir tidak menyatakan bertanggung jawab atas operasi operasi semacam ini. Jika Mossad mengaku bertanggung jawab, maka pengakuan ini akan memicu tindakan balas dendam. Namun tentu saja, untuk hal hal yang terkait dengan Iran dan operasi rahasia negara tersebut, terutama soal program nuklir, banyak negara yang tak punya kepentingan. Jadi, biasanya tuduhan itu akan diarahkan ke Mossad ataupun CIA,” kata Raz Zimmt.

Richard Maher, guru besar keamanan internasional di University College Dublin, mengatakan bahwa Israel berada di belakang pembunuhan tersebut. Lalu, mengapa pembunuhan itu terus mengarah kepada para ilmuwan, termasuk Mohsen Fakhrizadeh? Untuk insiden ini, muncul analisis bahwa ia perlu dihilangkan demi melemahkan program nuklir Iran.

Kondisi itu berawal dari proyek rahasia senjata nuklir  AMAD yang harusnya sudah dibekukan oleh Iran pada 2003, malah terus berjalan secara diam diam. Tentu saja, hal itu membuat Iran mengalami kemajuan dalam mengembangkan senjata nuklir. Karena itulah, Iran bisa meninggalkan kesepakatannya dengan Amerika Serikat. Situasi ini membuat Israel mengambil tindakan sendiri dengan tujuan menggangu program nuklir Iran.

Namun siapa sangka, tindakan itu ternyata sudah lama direncanakan oleh Mossad dan CIA melalui operasi operasi rahasia. Richard Maher mengatakan bahwa operasi itu dimulai pada awal 2000an. “Mereka mencoba melakukan sabotase pada rantai pasok yang biasanya diandalkan oleh Iran untuk mendapatkan sentrifugal dan peralatan lain untuk program nuklirnya,” kata Richard Maher.

Iran bisa mendapatkan peralatan itu dari pasar gelap yang dilakukan secara diam diam. Maka tak heran jika Israel dan Amerika Serikat melakukan operasi rahasia dan sabotase. Selain itu, mereka juga bekerjasama mengembangkan program komputer Stuxnet, yang pernah dianggap sebagai perangkat lunak terbesar dan paling mahal.

Tujuannya jelas, mereka ingin menyerang pembangkit tenaga nuklir Iran di Natanz. Dan benar saja, dari tahun 2007 hingga 2010, terjadi beberapa serangan terhadap PLTN yang berhasil melumpuhkan seperlima sentrifugal milik Iran. Menariknya, penyerangan itu kembali terjadi baru baru ini dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Melihat kondisi tersebut, pemerintah Iran langsung menuduh Israel sebagai pelakunya.

Lalu apa dampak besar bagi program nuklir mereka? Philip C Bleek, guru besar kajian terorisme di Middlesbury Institute for International Studies, California mengatakan bahwa tidak mudah mengukurnya secara pasti. “Dari sudut kepakaran, sudah pasti para korban akan digantikan oleh ilmuwan baru. Namun bila bicara soal kepemimpinan dan administrasi, jelas ada orang orang tertentu yang sulit untuk diganti,” kata Philip C.Beek.

Ia pun menambahkan bahwa Mohsen Fakhrizadeh punya peran yang sangat penting di program nuklir Iran. “Jadi, untuk dia, tak mudah mencari penggantinya,”kata Philip C.Bleek.

Meski begitu, ia memperkirakan bahwa kematian para ilmuwan tidak menjadi masalah yang serius terhadap program mereka.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Ketersediaan Pangan dan Harga Terjangkau Salah Satu Indikator Kesuksesan Libur Nataru

Jakarta – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan pihaknya telah memastikan ketersediaan pangan pokok strategis serta...
- Advertisement -

Baca berita yang ini