MATA INDONESIA, JAKARTA – Kemunculan kembali klaster perkantoran di Jakarta menjadi perhatian serius Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Menurut anggota Dewan Pertimbangan PB IDI Zaenal Abidin, klaster perkantoran ini muncul dikarenakan kondisi ibu kota yang padat penduduk dan tingginya aktivitas warga.
“Seperti aktivitas dan lobi politik, aktivitas bisnis, ngobrol dan makan bersama, aktivitas transportasi, dan lain-lain. Kemudian sebagian besar aktivitas tersebut berlangsung di dalam gedung atau ruang tertutup/ada pendingin udara (AC),” kata Zaenal, Sabtu 1 Mei 2021.
Apalagi, menurut Zaenal, bila gedung memiliki AC sentral, maka dari satu orang akan mudah menular kepada lainnya.
Mantan Ketua Umum IDI tersebut mengaku sudah menganjurkan agar pengelola gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan membuat protokol Covid-19 yang ketat. Seperti mengurangi penggunaan AC terutama AC sentral, mengurangi jam kerja atau jam buka kantor, membatasi jumlah penghuni atau pengunjung.
Anjuran lain adalah efektifkan pemakaian masker, perbanyak tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, gedung dan ruangan dilengkap dengan sistem exhaust, dilakukan pengaturan dan kelembaban ruangan dan sebagainya.
“Namun, anjuran tersebut belum banyak dilaksanakan. Salah satu alasannya karena gedungnya telah didesain menggunakan AC sentral,” ujarnya.
“Jadi, bila ada klaster perkantoran maka tidak menutup kemungkinan terbentuk pula klaster rumah tangga, pemukiman, dan transportasi,” kata dia menambahkan.
Namun, klaster perkantoran dapat saja berasal dari internal atau di dalam gedung itu sendiri atau dari kegiatan sosial pada saat karyawan istirahat atau makan siang.
Artinya, dia melamjutkan, bila kebetulan orang perkantoran dan anggota keluarganya kebetulan termasuk klaster perkantoran maka ketika mudik lebaran sangat berpotensi menularkan sepanjang perjalanan.
Zaenal mengatakan, tentu ini bisa menularkan selama berada di kampung halaman dan juga berpotensi saling menulari di kampung, yang berakibat memunculnya klaster Lebaran.