MATA INDONESIA, RIYADH – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan, Amerika Serikat (AS) adalah mitra strategis. Selain itu, menurutnya Riyadh hanya memiliki sedikit perbedaan dengan pemerintahan Biden dan sedang berusaha menyelesaikan perbedaan tersebut.
Dalam wawancara yang disiarkan di televisi, sang Putra Mahkota juga mengatakan Riyadh tidak akan menerima intervensi atau campur tangan apa pun mengenai urusan internalnya.
Sebelumnya, Presiden Joe Biden menegaskan bahwa ia hanya akan berdialog dengan Raja Salman dalam mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Arab Saudi mengenai catatan hak asasi manusia dan perang Yaman daripada pendahulunya, Donald Trump –yang memiliki hubungan erat dengan Pangeran Mohammed bin Salman.
“Kesepakatan kami dengan pemerintahan Biden lebih dari 90 persen dalam hal kepentingan Saudi dan AS dan kami sedang bekerja untuk memperkuat kepentingan ini,” ucap Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, melansir Reuters, 28 April 2021.
“Permasalahan yang tidak kami sepakati kurang dari 10 persen dan kami sedang berusaha mencari solusi dan kesepahaman, tidak diragukan lagi Amerika Serikat adalah mitra strategis kami,” katanya.
Pangeran Mohammed, yang didaulat menjadi putra mahkota tahun 2017, telah mengkonsolidasikan kekuasaan sejak itu. Selain AS, Pangeran Mohammed mengungkapkan bahwa Arab Saudi juga membangun kemitraan strategis dengan Rusia, India, dan Negeri Tirai Bambu, Cina.
Pada awal tahun 2021, Pemerintahan Presiden Biden merilis laporan intelijen AS yang melibatkan sang Putra Mahkota dalam pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi pada 2018, tetapi AS tidak menjatuhkan hukuman kepadanya. Sang Pangeran menyangkal keterlibatan apa pun.
Selain itu, AS juga menarik dukungan untuk operasi ofensif koalisi Arab Saudi yang memerangi Houthi di Yaman- yang bersekutu dengan Iran. Konflik tersebut dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran yang terkunci dalam persaingan untuk mendapatkan pengaruh regional.
Meski demikian, Pangeran Mohammed mengatakan Arab Saudi menginginkan hubungan baik dengan Iran. Sebagai catatan, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran tahun 2016.
“Masalah kami adalah dengan perilaku negatif Iran. Kami bekerja dengan mitra regional dan global kami untuk menemukan solusi atas masalah ini dan kami berharap dapat mengatasinya untuk hubungan baik yang bermanfaat bagi semua orang,” tambahnya.
Sumber-sumber regional mengatakan bahwa para pejabat Saudi dan Iran mengadakan pembicaraan langsung di Irak bulan ini yang bertujuan untuk meredakan ketegangan, dengan diskusi difokuskan pada Yaman dan upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 kekuatan global dengan Teheran.