MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu komoditas asal Sumatera Utara, asam gelugur yang memiliki nama lain Gracinia Atroviridis atau Gracinia Cambogia berhasil menembus pasar internasional. Setidaknya ada tiga negara tujuan ekspor Asam Gelugur, yakni Malaysia, Cina, dan India.
Menariknya meski di tengah pandemi virus corona, ekspor komoditi pertanian tersebut mengalami peningkatan realisasi pada triwulan I tahun 2021. Pada 1 April, ekspor asam gelugur ke Negeri Tirai Bambu mencapai 20 ton dengan nilai 462 juta Rupiah.
Berdasarkan data IQFAST Karantina Pertanian Belawan, ekspor asam galugur ketiga negara di atas mencapai 379,18 ton dengan nilai ekonomis senilai 5,95 miliar pada triwulan I-2021.
“Ini meningkat sebanyak 33,5 persen dibanding periode yang sama tahun 2020 yang hanya berhasil mencatat sebanyak 284 ton dengan perolehan nilai ekonomi 4,6 miliar Rupiah,” kata Kepala Karantina Pertanian Belawan, Andi PM Yusmanto.
Untuk menjamin mutu, kata Yusmanto, sebelum diekspor, asam gelugur lebih dulu dilakukan berbagai tindakan karantina demi menjami mutu komoditas. Setelah itu, dikeluarkan surat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate (PC) sesuai dengan permintaan negara tujuan.
“Selama ini, kami juga rutin memberikan bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari, SPS Measure, sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan,” sambung Yusmanto.
Sebagai informasi, asam gelugur merupakan tanaman khas daerah Sumatera Utara yang dibudidayakan di wilayah Langkat dan Deli Serdang. Ekspor asam gelugur biasanya berupa kepingan kering berwarna cokelat kehitaman.
Asam gelugur biasa dipakai sebagai bumbu masakan, bahan baku obat-obatan, bahkan bahan baku kosmetik. Selain itu asam gelugur juga bermanfaat dalam membantu menurunkan berat badan.
Pasalnya, dalam asam gelugur terdapat kandungan HCA atau acid hydroxyl citric yang berkhasiat untuk menekan rasa lapar serta mencegah pembentukan lemak dari asupan gula dan karbohidrat yang telah dikonsumsi.