Perjalanan Tan Malaka Keliling Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sutan Ibrahim atau yang dikenal sebagai Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang melakukan perjalanan ke berbagai negara di dunia. Dibanding pahlawan lain, sosok ini termasuk melakukan perjalanan paling lama dan jauh.

Petualangan pertama dijalani saat usianya menginjak 16 tahun. Tujuannya adalah Harleem, Belanda. Ia ingin belajar di sekolah khusus pencetak guru. Kemudian setelah lulus Tan kembali ke Tanah Air dan mengajar di perkebunan teh, Deli, Sumatra Barat sebelum akhirnya pergi ke tanah Jawa.

Kemudian, di tanah Jawa tepatnya Semarang, Tan membangun sekolah unk anak anggota Sarekat Islam (1920). Dalam satu sampai dua hari, Tan langsung mengajarkan kurang lebih 50 orang murid. Sekolah tersebut berkembang dengan sangat baik. Bahkan, hingga Tan meninggalkan Indonesia, sekolah itu terus berkembang. Selain itu, Tan juga aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai ketua (1921). Namun, tidak lama setelah itu pemerintahan kolonial Belanda ingin menangkap Tan malaka.

Tan Malaka mempunyai banyak nama samaran, seperti Ilyas Husein ketika di Indonesia, Alisio Rivera saat di Filipina, Hasan Gozali di Singapura, Ossorio ketika di Shanghai, dan Ong Soong Lee saat dia di Hong Kong. Tidak banyak pahlawan pergerakan nasional yang pandai menyamar dan lolos berkali-kali dari kejaran kolonial.

Tan Hidup berkelana dengan nama-nama samaran itu demi menghindari kejaran aparat kolonial Belanda. Rusia yang saat itu menjadi Uni Soviet pernah disinggahi oleh Tan, di sana ia menjadi anggota Komunis Internasional (Komintern). Tapi, karena keberaniannya mengungkapkan perbedaan pendapat pada Joseph Stanlin, Tan dikeluarkan dari Kominters.

Setelah itu, Tan berkelana ke Cina, Filipina, dan daerah lainnya. Di Filipina, Tan selalu disambut baik Presiden Filipina, Manuel L Quezon (1935-1944). Dia langsung semringan bila membicarakan Tan Malaka. Tan tidak pernah lama tinggal di Filipina namun kehadirannya selalu membawa rasa senang penggerak nasionalis Filipina kala itu. Sepanjang 1925-1927, tiga kali Tan pergi ke Manila dengan identitas yang berbeda-beda. Mulai dari Hasan Gozali, Elias Fuentes, Estahislau Rivera, Howard Law atau Cheung Kun Tat.

Awalnya tujuan Tan ke Filipina adalah untuk istirahat dari kesibukannya, namun Filipina menjadi negara yang istimewa setelah Indonesia. Tan banyak bergaul di Filipina, dengan serikat buruh, kaum nasionalis, Partai Komunis Filipina, wartawan, dan lainnya. Namun, seorang pemburu hadiah menjebaknya di kantor El Debate, koresponden Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda yang terus mencari jejaknya langsung menangkapnya.
Akibat dari pergaulan Tan yang luas selama di Filipina,Tan bebas dari penjara dengan uang 6000 Peso sebagai jaminan dari pendukung-pendukungnya di Filipina. Para pendukung Tan itu kemudian memberika sangu 3000 Dolar AS untuk menempuh perjalanan ke Amoy (Xiemen).

Selain itu, Tan juga pernah singgah ke Hong Kong pada tahun 1932 ketika sebelumnya ia sempat berdiam di Shanghai, China. Kala itu ia memakai nama samaran Ong Soong Lee dan menyewa kamar di ruang nomor 13, Stadion Hotel.

Polisi Penyelidik Inggris yang sedang mencari seorang aktivis asal Filipina itu menangkapnya dan langsung menginterogasi Tan di markas kepolisian Kowloon oleh penyidik keturunan India Privity Chan. Tan yang hampir mendapatkan kekerasan fisik itu menunjukkan identitas paspor palsunya. Ia lalu dikirim ke Maskar Besar Kepolisian Hong Kong untuk di interogasi kembali. Karena penyamarannya yang terkuak ia kemudian diajukan ke pengadilan dan dijebloskan ke penjara China.

Mengingat status hukumnya yang belum jelas, banyak yang merasa simpati dengannya dan akhirnya mengizinkannya untuk berkirim surat. Kesempatan itu digunakannya untuk mengirim surat dengan sekutunya. Setelah lima bulan di penjara, dengan bantuan sekutunya Tan dibebaskan. Namun, ia diperingatkan untuk tidak kembali ke Hong Kong. Tan baru kembali ke Indonesia pada 1942 ketika kekuasaan Belanda sudah diambil alih oleh Jepang.

Reporter: Anggita Ayu Pratiwi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini