MATA INDONESIA, JAKARTA – Persepsi ideologi demokrasi bagi kelompok radikal cenderung buruk karena tidak cocok dengan ajaran agama. Mantan Narapidana Terorisme dan penulis buku ‘Internetisan Jihad Zaman Now’ Arif Budi Setyawan mengemukakan bahwa hal tersebut terjadi karena mayoritas kelompok radikal dan teroris menganggap demokrasi ajaran yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
“Demokrasi adalah ajaran syirik yang menjadikan manusia boleh membuat hukum semaunya,tidak sesuai dengan syariat pun tidak apa-apa asal disetujui oleh mayoritas,” kata Arif kepada Mata Indonesia News, Jumat 12 Februari 2021.
Maka tidak heran bila pemerintah menjadi musuh bagi kelompok radikal dan teroris karena membuat suatu kebijakan berdasarkan asas demokrasi.
“Pemerintah tidak menerapkan syariat Islam dan menjadikan demokrasi sebagai dasar dalam membuat hukum dan kebijakan,” kata Arif.
Bahkan, para kelompok radikal dan teroris menyematkan label thaghut kepada pemerintah RI termasuk aparat keamanan, Polisi dan TNI. Mereka menganggap perangkat negara tersebut patut untuk dibenci dan dimusuhi.
Kelompok radikal dan teroris memandang bahwa semua pihak di luar dari cita-cita mereka adalah musuh. Maka mereka cenderung eksklusif dan menutup diri kepada orang lain.
Mereka tidak sanggup menghargai sesama manusia sehingga mudah memberikan stigma kafir dan sesat terhadap muslim lain yang memiliki pemahaman yang berbeda.