MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Sekitar 7 ribu hingga 8 ribu migran asal Amerika Tengah, termasuk di dalamnya keluarga dengan anak kecil memasuki Guatemala sejak Jumat (15/1). Mereka melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan di wilayah yang dilanda pandemi virus corona dan badai yang berulang kali terjadi di November 2020.
Sayang, harapan para migran menginjakkan kaki di negara kaya bernama Amerika Serikat harus menemui hambatan. Pasalnya, pasukan keamanan Guatemala menggunakan tongkat dan gas air mata untuk memukul mundur rombongan migran yang menuju ke Negeri Paman Sam.
“Pesan Guatemala keras dan jelas: jenis gerakan massa ilegal ini tidak dapat diterima, itulah mengapa kami bekerja sama dengan negara-negara tetangga untuk menangani ini sebagai masalah regional,” kata kantor Presiden Guatemala dalam email, melansir Reuters.
Sebagian besar dari rombongan migran itu terlibat bentrok dengan aparat keamanan Guatemala pada Minggu (17/1). Sekitar 3 ribu migran dikumpulkan di desa Vado Hondo, sekitar 55 km dari perbatasan Honduras dan El Salvador.
“Kami ingin orang Guatemala membiarkan kami lewat. Kami akan melanjutkan, saya ingin pergi karena begitu mengerikan di negara ini. Tidak ada apa-apa di Honduras,” kata Joaquin Ortiz, seorang warga Honduras yang termasuk dalam rombongan migran.
Pandemi panjang virus corona telah memporak-porandakan ekonomi Honduras, yang tahun lalu mengalami kontraksi terburuk dalam catatan sejarah. Belum lagi dua badai, Iota dan Eta yang menghantam Honduras tahun lalu, kian mempersulit kehidupan warga di Honduras.
Warga Honduras lainnya, Elmer Espinal yang membawa serta putrinya yang baru berusia satu bulan mengatakan, pasukan keamanan Guatemala nyaris membunuh nyawa putri kecilnya.
“Putri saya tersedak. Saya ingin masa depan untuk anak perempuan saya … tidak ada pekerjaan di sana, di Honduras,” kata Espinal.