Beginilah Awal Mula Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sholawat adalah salah satu amalan dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai umatnya, tentu tak lagi dengan amalan membaca sholawat. Namun, sejarah dan asal muasal sholawat itu seperti apa hingga membudaya seperti sekarang?

Membahas sejarah sholawat tentu tidak bisa terlepas dari Surat Al-Ahzab ayat 56 yang artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawat kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Terkait kapan sholawat itu diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW, merujuk pada turunnya ayat tersebut. Perintah sholawat tersebut turun pada bulan Syaban pada tahun kedua Hijriyah.

Melansir NU Online, turunnya ayat tersebut menjadi awal sejarah sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.  At-Thabari menyebut bahwa setelah turunya ayat ini, sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW terkait lantunan sholawat kepadanya. Rasul menjawab pengucapan sholawat sama seperti yang biasa bacaan pada tasyahud akhir pada saat shalat, yang berbunyi:

أَللهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ ، وبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allaahumma Shalli’Alaa Muhammad, Wa’Alaa Aali Muhammad. Kamaa Shallaita Alaa Ibraahiim Wa Alaa Aali Ibraahiim. Wabaarik’Alaa Muhammad Wa Alaa Aali Muhammad. Kamaa Baarakta Alaa Ibraahiim Wa Alaa Aali Ibraahiim, innaka hamiidun majiid.

Artinya: “Segala pengagungan yang berkah dan kebaikan yang baik itu adalah bagi Allah. Keselamatan selalu dilimpahkan kepadamu wahai nabi, begitu pula rahmat dan berkah Allah. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. Ya Allah, limpahkan lah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.”

Berbeda dengan perintah Allah SWT lainya, Allah SWT bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW untuk memuliakannya di depan para malaikat yang memberinya rahmat. Selain itu, dalam hadis riwayat Ibnu Majah dan Thabrani, Rasul bersabda:

“Kalau seseorang bersholawat kepadaku, malaikat juga akan mendoakan keselamatan yang sama baginya. Untuk itu, bersholawat lah meski sedikit atau banyak.”

Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab keempat, imam As-Suyuthi  menjelaskan bahwa salawat sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Musa AS dan Bani Israil. Saat itu, Bani Israil bertanya kepada Nabi Musa AS, terkait apakah Allah SWT bersholawat kepada makhluk-Nya.

Nabi Musa kemudian berdoa dan meminta jawaban kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT menjawah dalam sebuah firman yang artinya, “Wahai Musa AS, sungguh kamu Bani Israil bertanya kepadamu, apakah Tuhanmu bersholawat kepada makhluk-Nya?

Jawablah, Iya. Aku dan juga malaikat-Ku bersalawat kepada nabi dan rasul-Ku.
Dari hal ini kesimpulannya bahwa anjuran bersholawat turun untuk menghargai dan memuji utusan Rasul dan Nabi atas tanggungannya berdakwah kepada para kaumnya.

Salawat itu awalnya sebagai kabar baik kepada kaum Bani Israil. Namun, Allah SWT juga memberikan keutamaan kepada para nabi melalui salawat kepadanya terlebih dahulu.

Penegasan Sholawat untuk amalan umat Islam semakin tegas saat Salahuddin al-Ayyubi menjadi pemimpin umat Islam. Salahuddin adalah orang yang paling berjasa membebaskan Yerusalem dari kaum Kristen.

Untuk membangkitkan semangat pasukan Islam saat itu untuk menyerbu Yerusalem, Salahuddin al-Ayyubi mewajibkan para muazin untuk bershalawat sebelum adzan lima waktu dan saat khatib naik mimbar pada Shalat Jumat.

Perintah ini sekaligus untuk menghapus kebiasaan muazin di zaman Dinasti Umayah dan Fatimiyah yang selalu memuji-miji khalifah sebelum shalat Jumat.

Reporter : Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini