Australia, dari Tempat Kriminal Menjadi Negara Persemakmuran

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Misi dan semangat persatuan membuat Australia mengubah lagu kebangsaanya. Perubahan itu sebagai bentuk perayaan persatuan Australia di tengah pandemi Covid-19.

Dalam beberapa tahun terakhir, Australia telah membuat upaya besar untuk mengakui sejarah penduduk asli mereka lewat kegiatan politik dan budaya.

Pada Desember 2020, para pemain tim rugby nasional menyanyikan lagu kebangsaan dalam bahasa penduduk asli Australia untuk pertama kalinya. Mereka bernyanyi dalam bahasa Eora, suku asli dari wilayah Sydney dan akhirnya dilanjutkan dengan bernyanyi dalam bahasa Inggris.

Australia memang merupakan negara unik. Negara kanguru yang berdekatan dengan Indonesia ini menyimpan sebuah sejarah yang menarik dan cukup kelam.

Awalnya sebelum negara ini terbentuk, Inggris berupaya mencari sebuah tempat yang kelak akan dihuni oleh para kriminal Inggris pada Oktober 1786. Kapten Kapal HMS Sirius, Arthur Phillip diberi tugas untuk mencari tanah pertanian yang akan digunakan sebagai tempat hukuman  para kriminal.

Sebelum menjalani misi itu, Phillip sudah dihadapkan pada permasalahan dalam membentuk armada. Permintaannya untuk pergi bersama para petani berpengalaman ditolak berkali-kali. Ditambah lagi, Arthur Phillip tidak memiliki dana yang cukup untuk misi tersebut.

Akhirnya, Phillip berlayar bersama kelompok kecil yang terdiri dari marinir Inggris dan memimpin 11 armada kapal yang mengangkut 1.000 orang dengan 700 di antaranya adalah penjahat.

Armada itu berlayar mengelilingi Benua Afrika menuju sisi timur New South Wales, nama Australia dahulu. Kapten Arthur Phillip beserta armadanya sampai di New South Wales pada 26 Januari 1788 setelah menempuh perjalanan selama delapan bulan.

Tahun pertama pendudukan di wilayah tersebut merupakan sebuah bencana bagi mereka. Tanah yang buruk, ditambah iklim yang ekstrem, serta para penjahat yang tidak bisa bercocok tanam, membuat Phillip kesulitan memutar otak agar para ratusan tawanan itu tetap hidup di sana.

Akibatnya, bencana kelaparan melanda koloni baru itu selama beberapa tahun. Marinir yang dikirim bersama Phillip ke wilayah tersebut juga tidak bisa banyak membantu. Ia akhirnya menunjuk beberapa orang tahanan sebagai penanggung jawab dan pengawas bagi rekan-rekannya yang lain. Phillip berusaha mengedepankan prinsip egaliter di tanah koloni tersebut.

”Di negara baru ini, tidak akan ada perbudakan dengan demikian tidak akan ada budak!” ujarnya sebelum meninggalkan Inggris. Arthur Phillip sendiri akhirnya kembali ke Inggris pada 1792.

Koloni baru itu kemudian menjadi lebih berkembang pada abad ke-19. Dihinggapi rasa patriotisme, para penduduk di koloni mulai menggodok penetapan 26 Januari sebagai hari berdirinya negara.

Tanggal 26 Januari dalam beberapa tahun terakhir memiliki makna ganda. Di satu sisi, Hari Nasional Australia dimaknai sebagai perayaan ulang tahun negara. Akan tetapi, di sisi lain tanggal tersebut diperingati sebagai hari berduka oleh suku asli Aborigin yang tersingkir dari tanahnya sendiri.

Reporter: Muhammad Raja A.P.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Libur Panjang, Polres Kulon Progo Imbau Warga Antisipasi Bencana Alam

Mata Indonesia, Kulon Progo - Polres Kulon Progo, aktif memberikan edukasi kepada masyarakat terkait mitigasi bencana untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi akibat hujan deras berintensitas tinggi di wilayah tersebut.
- Advertisement -

Baca berita yang ini