MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Inggris dan Prancis menandatangani perjanjian baru terkait migrasi ilegal. Kedua negara sepakat meningkatkan patroli dan teknologi dengan harapan menutup rute berbahaya yang digunakan oleh para migran yang ingin “hijrah” ke Inggris dengan perahu kecil.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel mengatakan bahwa berdasarkan kesepakatan tersebut, Prancis akan menambah jumlah petugas yang berpatroli di pantai dengan peralatan baru, termasuk drone dan radar.
Tahun ini, ratusan orang, termasuk beberapa anak-anak tertangkap basah tengah menyebrang ke Inggris selatan dari kamp sementara di Prancis utara –menavigasi salah satu rute pengiriman tersibuk di dunia dengan perahu karet yang kelebihan muatan. Beberapa migran bahkan telah tenggelam.
Menteri Patel mengatakan, perjanjian tersebut merupakan langkah maju. Dengan banyaknya patroli yang dilakukan polisi Prancis sukses mengurangi angka migran yang menyebrang ke Inggris.
“Berkat lebih banyak patroli polisi di pantai Prancis dan peningkatan pembagian intelijen antara keamanan kami dan badan penegak hukum, kami sudah melihat lebih sedikit migran yang meninggalkan pantai Prancis,” kata Priti Patel, melansir Reuters, Minggu, 29 November 2020.
Inggris dan Prancis berencana melanjutkan dialog tertutup demi mengurangi tekanan migrasi di perbatasan. Patel menambahkan, otoritas Prancis telah menghentikan 5 ribu migran yang ingin menyebrang ke Negeri Ratu Elizabeth sepanjang tahun ini.
Selama hampir satu dekade, Inggris dilaporkan telah memberi Prancis dana sekitar 150 juta Pounds untuk menangani kasus imigrasi.
Masih menurut Patel, Inggris berencana memperkenalkan sistem suaka baru melalui undang-undang tahun depan.