Kerusuhan di Kendari Gegara Ceramah Ustaz yang Dianggap Menyinggung Suku Tolaki

Baca Juga

MATA INDONESIA, KENDARI – Kondisi Kota Kendari, Sulawesi Tenggara cukup menegangkan pada Kamis, 17 September 2020 siang. Ratusan orang tiba-tiba melakukan kerusuhan di Jalan MT Haryono, Kota Kendari.

Massa merusak lampu merah, menyerbu pusat perbelanjaan modern, dan memecahkan kaca. Sebagian di antara massa tersebut membawa senjata tajam.

Menurut sumber Mata Indonesia, kerusuhan dipicu oleh unggahan di Facebook yang dianggap menghina suku asli Kendari, Suku Tolaki.

“Iya betul, aksi dilakukan oleh Generasi Pemuda Tolaki Sulawesi Tenggara (GPTS) dan gabungan dari Konsorsium Tolaki Mepokoaso dari kemarin (Rabu),” ujar sang sumber kepada Mata Indonesia, Kamis malam.

Menurutnya, sebenarnya kerusuhan tak akan terjadi seandainya masyarakat setempat tidak mengambil gambar atau merekam aksi para demonstran tersebut.

“Sebenarnya tidak menyerang kota. Massa aksi sebenarnya sudah mengingatkan kepada masyarakat agar tidak mengambil gambar dan ada masyarakat sekitar yang masih ambil gambar baik di jalan maupun di atas gedung. karna itulah massa aksi terpancing emosi hingga mengejar warga yg mengambil gambar dan warga yang mengambil gambar di atas gedung dilempar oleh masa aksi. Kalau yang melakukan kerusuhan masih diusut oleh pihak aparat keamanan,” katanya.

Sementara sumber yang kedua mengungkapkan bahwa kerusuhan pecah karena para demonstran menilai pihak kepolisian seolah-olah membiarkan pelaku yang melakukan penghinaan terhadap Suku Tolaki bebas berkeliaran tanpa ada penyelesaian secara hukum.

“Mereka meminta polisi menangkap oknum penghina tersebut yang hingga saat ini belum ada titik terangnya,” ujarnya.

Sang sumber juga mengatakan bahwa untuk saat ini pihak kepolisian masih mendalami otak kerusuhan. “Diduga ada penyusup yang sengaja memprovokasi massa untuk buat anarkis,” katanya.

Selanjutnya berdasarkan penelusuran Mata Indonesia, ternyata akar persoalan yang memicu hingga terjadi kerusuhan bermula dari ceramah seorang ustaz yang bernama Muzakir.

Kala itu, sang ustaz menjadi penceramah Jumat di salah satu masjid di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. Dalam ceramahnya ada ucapan yang ia lontarkan bahwa Mosehe Wonua (sebuah upacara adat Suku Kolaki) adalah perbuatan syirik akbar. Ucapan ini direkam oleh salah satu kamera jemaah.

Kemudian beredar di media sosial (medsos), salah satunya Facebook dan ini membuat masyarakat bereaksi atas ucapannya tersebut. Yang dianggap melecehkan salah satu suku di Sultra yaitu Suku Tolaki.

2 KOMENTAR

  1. Budaya sudah dikenal manusia sebelum masuknya agama, maka pemuka agama tidak bisa mengklaim diri sebagai yang paling benar. Yang akan menilai sirik atau tidak itu haknya Allah, bukan kita sesama manusia. Pemuka agama sewajarnya memberikan teladan bukannya mengobarkan permusuhan. Tetapi sudah terjadi kerusuhan siaplah menghadap penadilan Allah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Komitmen Jaga Stabilitas Jelang Pergantian Tahun

JAKARTA - Menjelang Tahun Baru 2025, pemerintah memastikan berbagai langkah strategis telah disiapkan untuk menjamin keamanan, kenyamanan, dan stabilitas...
- Advertisement -

Baca berita yang ini