MATA INDONESIA, JAKARTA – Ribut soal Raden Patah sebagai kilafah pertama di Indonesia, sejarawan Oxford Peter Carey menegaskan tidak ada bukti dokumen dari Turki Utsmani yang menyatakannya.
Penyangkalan sejarawan yang sebelumnya dicatut dalam film semi dokumenter “Jejak Khilafah di Nusantara” itu berdasarkan ahli sejarah hubungan Utsmaniyah–Asia Tenggara, Dr. Ismail Hakki Kadi.
Menurut surat Peter Carey yang diunggah asistennya di Universitas Oxford, Christopher Reinhart, Ismail Hakki Kadi disurati Carey pada 16 Agustus 2020 dan dibalas pada 18 Agustus 2020.
Kadi yang yang telah lama meneliti dokumen-dokumen Turki Utsmani di Arsip Utsmani di Istanbul mengungkapkan beberapa pokok pikiran soal hubungan Kesultanan Ustmani dengan Kesultanan di Jawa.
Pertama tidak ada dokumen di Arsip Turki Utsmani yang menunjukkan negara Islam pertama di Jawa yaitu Kesultanan Demak terutama Raden Patah memiliki kontak dengan Turki Ustmani.
Kesultanan yang ada di Pulau Jawa tidak dianggap sebagai vassal atau naungan Turki Utsmani, termasuk juga bukan wakil sultan-sultan Utsmani di Jawa.
Selain itu, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Turki Utsmani dan Kesultanan Yogyakarta yang didirikan 1749, termasuk tidak ada bukti yang menunjukkan panji “Tunggul Wulung” merupakan bukti Yogyakarta adalah wakil dari Turki Utsmani di Jawa.
Menurut Reinhart, sejarah Indonesia menunjukkan bahwa orang-orangnya bukan bangsa yang lemah sehingga membutuhkan bantuan negara lain, terbukti dari kemampuan serta keberanian memproklamirkan kemerdekaan penuh pada 17 Agustus 1945.
Sebelumnya, Tengku Zulkarnain ribut bahwa Raden Patah adalah kilafah pertama di Jawa berdasarkan pidato Sultan Hamengkubuwono X di Kongres Umat Islam tahun 2015.
[Siaran Pers Prof. Peter Carey tentang Hubungan Ottoman dan Kesultanan-kesultanan di Pulau Jawa]
Bukti Penelitian Sejarah yang Menyatakan TIDAK ADANYA Hubungan antara Utsmaniyah dan Jawa (Korespondensi Prof. Peter Carey dan Dr. Ismail Hakki Kadi)
— Christopher Reinhart (@reireinhart) August 19, 2020
Ust. Tengku yg baik, konteks dalam rilis pers ini adalah hubungan antara Utsmaniyah dan kesultanan di Pulau Jawa, Pak Peter tdk membahas yg dgn Aceh. Ini pun berdasarkan keterangan peneliti sejarah dan naskah Utsmaniyah (Dr. Kadi).
— Christopher Reinhart (@reireinhart) August 20, 2020