MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak yang mengira, bahwa mantan pemimpin Kuba Fidel Castro yang berpaham komunisme adalah seorang ateis yang anti terhadap agama. Tudingan itu jelas salah.
Lahir di Provinsi Oriente Kuba pada 13 Agustus 1926, Castro sebenarnya berasal dari keluarga Katolik. Ia bahkan dibaptis oleh gereja sebagai bagian dari umat Yesus Kristus.
Namun, ia kemudian mengakui dirinya sebagai ateis dan tidak beragama. Hal ini jelas sejalan dengan ideologi Marxis-Leninisme yang dianutnya.
Menurut cerita orang-orang terdekatnya, Castro kerap menyebut agama Katolik adalah ajaran yang manusiawi, beretika dan memiliki konsep keadilan sosial. Ia bahkan rela dipanggil sebagai seorang Katolik, namun sebagai wujud gagasan keadilan, bukan soal agama.
Castro yang dikenal sebagai pahlawan revolusi Kuba itu pernah menyatakan dirinya mendukung gagasan, bahwa Yesus adalah sosok ‘komunis’ yang memperhatikan nasib rakyat miskin. Hal ini menjadi keyakinannya, merujuk pada kisah Yesus memberi makan liba ribu orang.
Sebagai bukti penghormatannya terhadap agama Katolik, Castro saat menjadi Presiden Kuba dengan paham komunisnya, pernah menetapkan Natal sebagai hari libur nasional. Penetapan itu adalah bentuk penghormatannya menerima kunjungan Paus Johanes Paulus pada 1998.
Kedatangan Paus Johanes Paulus II untuk bertemu Fidel Castro ternyata berdampak baik. Hubungan antara partai komunis dan kelompok gereja di Kuba yang sebelumnya sempat memanas, kemudian akur kembali.
Sekitar tahun 2012, Castro yang sudah lanjut usia mengungkapkan keinginannya bertemu dengan Paus Benediktus.
“Dengan senang hati, saya akan menyapa yang mulia Paus Benediktus XVI sebagaimana yang pernah saya lakukan dengan Paus Johanes Paulus II,” tulis Castro dalam sebuah kolom ‘Refleksi’.
Castro Menjadi Tuhan
Tahun 2016, menjelang upacara kematiannya, foto Fidel Castro terpampang besar di Plasa Revolusi, Havana, Kuba. Foto itu tergantung di sebuah tempat, yang dulunya dipajang potret Yesus Kristus untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus pada 2015.
Warga Kuba memadati plasa tersebut, sembari menaruhkan karangan bunga di tempat abu Castro akan ditampilkan.
Mengutip Reuters, beberapa warga Kuba tak keberatan dengan pemajangan foto Castro di tempat yang sebelumnya terpampang foto Yesus Kristus. Bahkan, ada warga yang menganggapnya sebagai Tuhan.