MATA INDONESIA, JAKARTA-Indonesia memiliki banyak kuliner ekstrem, salah satunya makanan khas Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Turaes yang mendadak viral belakangan ini di tengah pandemi virus corona. Apakah Kuliner ini mencegah corona?
Kuliner ekstrem berbahan baku turaes, sejenis serangga tonggeret ini, menjadi makanan musiman yang dikonsumsi warga di dua kecamatan yakni Buahdua dan Conggeang di kaki Gunung Tampomas.
Karena bahan baku turaesnya sendiri tersedia di alam ketika musim hujan menjelang kemarau. Masyarakat disana mengolah Turaes dengan dimasak bumbu bacem asem manis.
Viralnya kuliner ekstrem ini, karena tidak hanya dikonsumsi masyarakat di dua kecamatan itu, namun kini makanan tersebut dijual bebas melalui online via Facebook. Penjualnya pun tidak hanya satu, dua orang saja.
Banyak dijual secara online Selain dijual secara online, para penjual pun siap antar pesanan turaes langsung ke tempat pemesan.
Salah seorang penjual asal Desa Sekarwangi, Kecamatan Buahdua, Megawati (27) mengatakan, turaes merupakan makanan atau cemilan turun temurun. Sudah ada sejak zaman kakeknya.
“Jadi kata orangtua zaman dulu mah, kalau sudah ada makanan turaes, berarti sudah mau memasuki musim kemarau,” ujar Mega mengutip Kompas.com.
Makanan ini kata dia, halal dikonsumsi walau kuliner ekstrem. Bahkan, hingga saat ini memang masih jarang warga di Sumedang sendiri yang mengenal turaes ini.
Namun di Buahdua dan Conggeang, turaes menjadi santapan favorit warga ketika musimnya tiba. Turaes, kata Mega, didapatkan warga dengan cara diobor pada malam hari di wilayah perbukitan di sekitar kaki Gunung Tampomas.
Saat musimnya tiba, kata Mega, turaes banyak ditemukan sehingga menjadi makanan favorit warga. “Kalau di daerah lain seperti makanan simeut goreng. Turaes memang jenis serangga tapi beda sama tonggeret. Kalau tonggeret berwarna hijau, kalau turaes itu hitam, halal dikonsumsi,” kata Mega.
Banyak peminat saat pandemi corona Mega menuturkan, meski harganya mahal yaitu dijual mentah Rp 500 per ekor, dan masak Rp 1.000 per ekor, tapi di tengah pandemi Covid-19, tapi dengan cara dijual secara online banyak peminatnya.
Meski begitu, kata Mega, warga Buahdua Sumedang tak pernah merasa jijik dengan mengonsumsi turaes.