Begini Proses Sidang Isbat Tentukan 1 Ramadan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemerintah selalu menggelar sidang isbat sebelum menentukan jatuhnya tanggal 1 Ramadan. Seperti apa prosesnya?

Tahun ini, didang isbat penentuan 1 Ramadan 1442 H akan digelar Kementerian Agama, Senin 12 April 2021 sore WIB. Dalam pelaksanaan sidang isbat penentuan 1 Ramadan 1442 H ada tiga tahapan:

1. Pada pukul 16.45 WIB, akan dimulai dengan pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1442 H oleh anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag. Sesi ini akan disiarkan langsung melalui tayangan televisi.

2. Setelah shalat maghrib, akan digelar sidang isbat awal Ramadan. Tahap ini digelar secara tertutup.

3. Digelar konferensi pers penyampaian hasil sidang isbat oleh Menteri Agama. Penyampaian keputusan akan akan disiarkan TVRI dan media sosial Kemenag.

Lalu, bagaimana cara melihat posisi hilal sebagai penentuan tanggal 1 Ramadan atau hari pertama dimulainya puasa?

Hilal adalah bulan sabit tertipis yang berkedudukan rendah di atas cakrawala langit barat, dan sudah diamati tepat selepas terbenamnya Matahari. Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan terbenamnya matahari adalah patokan dalam menentukan hilal.

“Hilal menjadi penentu bagi awal bulan kalender Hijriyyah karena sifatnya. Bilamana pada senja hari hilal terlihat, maka di senja hari sebelumnya hilal tidak akan ada di atas cakrawala langit Barat karena Bulan memang tidak ada di sana,” kata Marufin.

Untuk melihat hilal, ada tiga metode yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Dengan mata telanjang
Metode pertama adalah menggunakan mata telanjang, tanpa alat bantu optik sama sekali. Sehingga menghasilkan fenomena kasatmata-telanjang.

2. Menggunakan alat bantu optik tapi tetap mengandalkan mata
Metode kedua dilakukan dengan menggunakan alat bantu optik terutama teleskop, namun tetap mengandalkan penglihatan mata. Ini menghasilkan fenomena kasatmata-teleskop.

3. Memakai alat bantu optik dengan sensor atau kamera
Metode terakhir adalah dengan menggunakan alat optik terutama teleskop yang terangkai dengan sensor atau kamera. Sensor/ kamera ini memproduksi denyut elektronik yang bisa diolah sebagai citra atau gambar. Ini menghasilkan fenomena kasat-kamera.

Dari ketiga metode tersebut, yang paling populer adalah penggunaan metode mata telanjang dan mata yang dibantu oleh alat optik, khususnya teleskop.
Metode hisab dan protokol rukyatul hilal. Selain rukyatul hilal, ada pula metode hisab yang dilakukan dalam penetapan awal Ramadan dan Hari Raya.

Dari segi popularitas, survei keberagaman Muslim Indonesia tahun 2016 menunjukkan 64 persen umat Islam di Indonesia lebih memilih berpedoman pada rukyatul hilal untuk menentukan hari-hari besar agama.

“Survei serupa di tahun 2018 yang ditujukan untuk kalangan milenial Muslim menunjukkan proporsi lebih besar. Sebanyak 76 persen milenial Muslim Indonesia lebih memilih berpedoman pada rukyatul hilal,” ujar Marufin.

Protokol merukyat hilal diawali dengan memilih lokasi dan melaksanakan perhitungan terkait posisi bulan di lokasi tersebut pada tanggal 29 Sya’ban (untuk penentuan awal Ramadhan) atau 29 Ramadhan (untuk penentuan Idul Fitri). Perhitungan ini bisa dilakukan secara manual, bisa juga secara otomatis menggunakan perangkat tertentu.

“Jika digelar dengan menggunakan teleskop, pada saat ini telah ada sistem teleskop semi-otomatik yang didalamnya juga mengandung perangkat kecil untuk komputasi seperti itu. Sehingga petugas tinggal menerima hasil dan mengkalibrasi teleskopnya sesuai prosedur,” ucap Marufin.

Dalam hal fenomena kasatmata-teleskop, petugas tinggal menempelkan mata ke lensa okuler (eyepiece telescope) sementara teleskop bekerja semi-otomatik menjejak posisi Bulan di langit dengan memperhitungkan posisi lokasi (diketahui dg GPS) dan waktu.

Dalam hal fenomena kasat-citra, petugas tinggal mengamati layar komputer dan mencitra atau merekam panorama untuk rentang waktu tertentu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintahan Prabowo-Gibran Berkomitmen Mewujudkan IKN Sebagai Kota Ramah Lingkungan

Oleh: Dewi Ambara* Indonesia kini memasuki era baru dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dipimpin oleh Presiden...
- Advertisement -

Baca berita yang ini