Yakin Bakal Dibunuh Taliban, Wali Kota Wanita Afghanistan Pasrah

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Wali Kota wanita asal Afghanistan, Zarifa Ghafira yakin menjadi incaran pembunuhan Taliban. Meski demikian, dia mengaku pasrah.

Zarifa Ghafari tidak asing dengan upaya pembunuhan. Ada tiga upaya diarahkan kepadanya dan bisa digagalkan keamanannya. Pada usia 26 tahun, dia menjadi salah satu wali kota wanita pertama Afghanistan di kota konservatif Maidan Shar, barat daya Kabul.

Dia dilarang menjabat selama sembilan bulan karena protes dan ancaman oleh politisi lokal tentang usia dan jenis kelaminnya. Tapi selama tiga tahun dia melanjutkan pekerjaannya.

Belum Mei ini, dia mengatakan kepada majalah Time bahwa bekerja sebagai wali kota perempuan hanya untuk mencoba membuktikan kekuatan perempuan. Pada November tahun lalu, ayahnya Jenderal Abdul Wasi Ghafari ditembak mati di depan rumahnya beberapa hari setelah upaya terakhir pembunuhan kepada putrinya gagal.

Ghafari tahu masih menjadi target Taliban. Pada hari Minggu lalu, ketika pejuang Taliban tiba di kota Kabul, dia hanya pasrah.

“Saya duduk di sini menunggu mereka datang. Tidak ada yang membantu saya atau keluarga saya,” ujar Ghafari, dikutip dari Sunday Morning Herald, Jumat 20 Agustus 2021.

“Mereka akan datang untuk orang-orang seperti saya dan membunuh saya,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Mengapresiasi Keberhasilan TNI Tembak Mati Anggota OPM Egianus Kogoya

Oleh : Loa Murib Keberhasilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menindak tegas Kelompok OrganisasiPapua Merdeka (OPM) Kodap III Ndugama pimpinan Egianus Kogoya patut mendapatkanapresiasi yang tinggi. Langkah tegas ini menjadi cerminan komitmen negara dalam menjagakeutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus melindungimasyarakat Papua dari ancaman kekerasan yang kerap dilakukan kelompok separatis. Operasipenindakan oleh TNI di Kampung Aleleng, Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo bukansekadar respons militer, tetapi juga bagian dari upaya mengembalikan ketenangan warga sipildi Papua Pegunungan. Aksi brutal OPM sebelumnya telah mengganggu stabilitas dan menimbulkan luka mendalam, termasuk pembunuhan terhadap para pekerja pembangunan gereja di Wamena. Tak hanya itu, kelompok ini juga terlibat dalam perusakan hutan untuk ladang ganja ilegal, sebuah aktivitasyang menunjukkan bahwa tindakan mereka tidak lagi sekadar bernuansa ideologis, namunjuga merusak ekosistem dan tatanan sosial di daerah tersebut. Dalam konteks ini, langkahTNI hadir sebagai bentuk perlindungan negara terhadap warga yang selama ini hidup dalamketakutan. Informasi dari masyarakat menjadi kunci dalam keberhasilan operasi tersebut. Saat aparatmemperoleh laporan tentang keberadaan empat anggota OPM...
- Advertisement -

Baca berita yang ini