Waspada, Varian Delta COVID-19 yang Lebih Menular Terindentifikasi di 74 Negara!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Varian Delta COVID-19 yang pertama kali diidentifikasi di India, kini telah terdeteksi di 74 negara! Varian baru ini terus menyebar dengan masif di tengah kekhawatiran bahwa virus tersebut akan menjadi jenis yang dominan di seluruh dunia.

Wabah varian Delta telah dikonfirmasi di Cina, Amerika Serikat, Afrika, negara-negara Skandinavia, dan negara-negara lingkar Pasifik. Para ilmuwan melaporkan bahwa itu tampaknya lebih menular dan menyebabkan penyakit yang lebih serius.

Di AS, menurut mantan komisaris Food and Drug Administration Scott Gottlieb, kasus varian Delta COVID-19 berlipat ganda kira-kira setiap dua pekan dan menyumbang 10 persen dari semua kasus baru, sementara di Inggris menyumbang lebih dari 90 persen kasus baru.

Sementara otoritas kesehatan di seluruh dunia mengumpulkan dan berbagi data tentang penyebaran varian baru. Yang ditakuti adalah bahwa di negara-negara berkembang dengan sistem pemantauan yang lemah, varian Delta mungkin sudah menyebar lebih jauh daripada yang dilaporkan.

“Varian Delta adalah varian paling menular yang pernah kita lihat sejauh ini,” kata Ashish Jha, Dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Brown di AS, melansir The Guardian, Selasa, 15 Juni 2021.

Seperti dalam pengenalan jenis virus corona sebelumnya selama pandemi, varian Delta terbukti merusak dan efektif dalam menghindari kontrol perbatasan dan tindakan karantina. Di Australia, varian Delta teridentifikasi di Melbourne meskipun ada kontrol yang ketat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Delta sebagai varian minat pada bulan April dan varian perhatian pada 11 Mei. Berdasarkan bukti di India, orang yang terinfeksi varian ini akan merasakan sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, serta nyeri sendi.

Semuanya telah memicu perdebatan baru tentang bagaimana pemerintah harus menanggapi varian Delta. Di tengah kesulitan dalam mencegah penyebaran varian secara global, berbagai negara mencoba melakukan pendekatan yang berbeda untuk mencoba mengendalikan penyebarannya.

Di Indonesia diperkirakan gelombang baru infeksi virus corona akan memuncak pada awal Juli, karena varian Delta menjadi lebih dominan di beberapa daerah dan dengan okupansi rumah sakit di Jakarta mencapai 75 persen.

“Lihat, dan itu akan terus menyebar. Tampaknya lebih menular … Jadi ini lebih menular. Tampaknya orang yang terkena virus ini memiliki viral load yang lebih tinggi dan mereka memiliki viral load untuk jangka waktu yang lebih lama. Saat ini di Amerika Serikat, sekitar 10 persen dari infeksi. Ini berlipat ganda setiap dua pekan. Jadi itu mungkin akan menjadi tekanan dominan di sini di Amerika Serikat,” tutur Gottlieb, yang berada di dewan Pfizer.

Komentar Gottlieb menggemakan komentar Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, yang sepekan sebelumnya memperingatkan bahwa AS tidak dapat membiarkan varian Delta menjadi dominan seperti yang terjadi di Inggris.

“Jelas sekarang penularannya tampaknya lebih besar daripada tipe liar,” kata Fauci. “Ini adalah situasi, seperti di Inggris di mana mereka memiliki dominan B.1.1.7 [varian Alpha], dan kemudian [varian Delta] mengambil alih. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi di Amerika Serikat,” sambungnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini