MATA INDONESIA, JAKARTA – Penguasaan wilayah oleh kelompok teroris Abu Sayyaf menjadi salah satu faktor sulitnya membebaskan tawanan. Tindakan penyanderaan ini sudah menjadi ciri khas dari kelompok ini. Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menilai bahwa faktor kondisi medan yang sulit menjadi salah satu hambatan untuk membebaskan tawanan.
“Karena medannya dikuasai oleh Abu Sayyaf, dan kondisi geografis juga cukup sulit,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Selasa 22 Maret 2021.
Hal ini pernah dikemukakan oleh Mantan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu. Ia menegaskan bahwa tempat persembunyian kelompok militan Filipina tersebut berupa dataran tinggi dan juga hutan belantara.
“Meskipun sudah 22 ribu personel, kalau masuk kesana yang isinya hutan dan gunung ya hilang juga,” kata Ryamizard.
Selain itu, kesulitan dalam membebaskan sandera juga pernah dikemukakan oleh mantan negosiator sandera Inspektur Jenderal (Pol) Purnairawan Benny Joshua Mamoto. Ia menegaskan bahwa kelompok Abu Sayyaf memang ahli dalam menyandera sejak zaman dahulu.
“Mereka itu hidupnya memang dari dulu sudah seperti itu. Oleh sebab itu mereka sangat menguasai medan, masyarakat pun di pihak mereka. Maka (pengerahan TNI) harus dipertimbangkan betul-betul,” kata Benny.
Pernyataan ini dikemukakan saat terjadi insiden penculikan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Maka untuk membebeskan mereka jalan yang digunakan menggunakan diplomasi, meliputi sosial, kebudayaan dan ekonomi.