Wajib Tahu, Ini Beda Batuk Kering dan Batuk Gejala Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Batuk kering merupakan batuk yang tidak mengeluarkan lendir atau dahak dari saluran pernafasan. Mengutip dari Medical News Today, sebanyak 60-70 persen orang yang mengalami gejala Covid-19 mengalami batuk kering sebagai gejala awal.

Meski demikian, tidak semua batuk kering terindikasi Covid-19 mengingat hanya dalam kondisi tertentu muncul gejala batuk kering berhubungan dengan Covid-19.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Lancet, sebanyak 60-70 persen orang terinfeksi Covid-19 mengalami batuk kering sebagai gejala awal. Adapun ada kondisi lain yang menyebabkan batuk kering yakni asma, fibrosis paru idiopatik, penyakit refluks gastroesofagus atau GERD, infeksi saluran pernapasan atas, dan kanker paru-paru.

Sementara batuk kering disertai gejala lain yang mengindikasikan Covid-19 yaitu meliputi sakit kepala, nyeri otot atau sendi, sakit tenggorokan, hidung meler atau mampet, diare, mual atau muntah dan sesak napas.

Berdasarkan studi di Wuhan, China pada 2020, penderita Covid-19 tampaknya mengalami batuk kering 1 hari setelah sakit dan batuk tersebut berlangsung selama kira-kira 19 hari. Gejala batuknya bertahan selama kurang lebih 4 minggu pada sekitar 5 persen orang dalam penelitian itu.

Bagi penderita Long Covid-19 menurut studi yang diunggah oleh The Lancet, sebanyak 20-30 persen orang mengalami batuk kering selama 2-3 bulan setelah terinfeksi Covid-19.

Adapun dalam studi awal di Italia, 16 persen orang yang sembuh dari Covid-19 dilaporkan masih mengalami batuk 2 bulan setelah keluar dari rumah sakit. Sementara yang lebih baru seperti di The Lancet Respiratory Medicine, menemukan bahwa batuk dapat berlanjut selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah pulih dari Covid-19.

Maka, untuk mengurangi risiko terpapar SARS-CoV-2 dan menularkan ke orang lain, pencegahannya dengan cara pertama mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari area dengan ventilasi buruk serta mendapatkan vaksin Covid-19 jika tersedia.

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini