MATA INDONESIA, LONDON – Pemerintah Inggris melaporkan 90 kasus Covid-19 lain dari varian Omicron – varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika selatan, khususnya Botswana. Hingga saat ini, totalnya menjadi 336 kasus.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan sebanyak 64 kasus terbaru berada di Inggris, 23 di Skotlandia, dan tiga diidentifikasi di Wales. Sejauh ini belum ada kasus Omicron yang dilaporkan di Irlandia Utara.
Data resmi juga menunjukkan bahwa sebanyak 41 orang meninggal dunia dalam kurun waktu 28 hari setelah dites positif Covid-19, menjadikan jumlah total kematian terkait virus corona sejak pandemi mulai menjadi 145.646!
Sementara itu, angka berbeda diterbitkan oleh Kantor Statistik Nasional. Di mana berdasarkan laporan tersebut hingga saat ini terdapat 170.000 kematian yang terdaftar di Inggris akibat terinfeksi Covid-19.
Sejauh ini, sebanyak 21,955 warga di Negeri Ratu Elizabeth telah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19, menjadi 51,118,266. Sementara sebanyak 27,166 mendapatkan vaksinasi kedua, total 46,557,413.
Dan 290.165 lebih booster atau dosis ketiga telah diberikan dalam periode 24 jam terakhir, dengan total saat ini 20.580.644. Meski demikian, kekhawatiran meningkat ketika para ahli mengatakan bahwa varian Omicron menyebar lebih cepat daripada varian sebelumnya, Delta.
Profesor Paul Hunter, dari sekolah kedokteran di University of East Anglia, mengatakan bahwa masih tidak pasti bagaimana varian Omicron menyebar di Inggris dan seberapa berbahayanya.
“Saya pikir tanda-tanda awalnya adalah bahwa itu mungkin akan menyebar cukup cepat dan mungkin mulai mengungguli Delta dan menjadi varian dominan mungkin dalam beberapa minggu atau sebulan ke depan atau setidaknya,” kata Profesor Paul Hunter.
“Pertanyaan besar yang tersisa sebenarnya adalah seberapa berbahayanya jika Anda terinfeksi Covid-19 dengan varian Omicron ini, dan itulah pertanyaan yang sedang kami perjuangkan untuk dijawab saat ini,” sambungnya, melansir Sky News.
Sementara itu, wakil kepala petugas medis untuk Inggris, Profesor Jonathan Van-Tam mengatakan para ilmuwan di seluruh dunia setuju bahwa varian Omicron meningkatkan perhatian.
“Jumlah mutasi yang ada, sudah pada prinsip pertama, membuat kita khawatir tentang kemungkinan efek pada efektivitas vaksin. Jauh lebih banyak hal yang belum kita ketahui daripada hal-hal yang kita ketahui mengenai varian tersebut,” katanya.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson membantah pernyataan para ilmuwan yang mengatakan bahwa memberlakukan pembatasan perjalanan untuk memperlambat penyebaran Omicron seperti menutup pintu kandang setelah kuda melesat.
“Tidak, saya pikir apa yang kami lakukan adalah menanggapi pandemi. Saya tidak berpikir kita perlu mengubah keseluruhan panduan dan saran yang kita berikan tentang Omicron di negara ini,” kata Boris Johnson.
“Kami masih menunggu untuk melihat seberapa berbahayanya itu, seperti apa efeknya dalam hal kematian dan rawat inap,” sambungnya.