Waduh, London Diprediksi Tenggelam Tahun 2030

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Beberapa negara, termasuk Inggris, Jerman, Austria, Belgia, India, Turki, serta Korea Utara, baru-baru ini menghadapi bencana banjir parah yang menyebabkan kerusakan, kerugian, dan menelan banyak korban.

Beberapa bagian London bahkan diprediksi tenggelam tahun 2030, menurut peta interaktif, yang menunjukkan wilayah di seluruh dunia yang berisiko terkena banjir karena naiknya permukaan air laut dalam beberapa dekade mendatang.

Peta, yang dibuat dengan perangkat lunak baru yang dikembangkan oleh NASA, menunjukkan dinamika kenaikan permukaan laut dari tahun 2020 hingga 2150, menawarkan informasi tentang pencairan gletser dan perubahan sirkulasi arus laut lintas samudera.

Menurut peta, sebagian besar wilayah pusat Kota London saat ini terancam oleh banjir reguler yang akan membuat bagian-bagiannya terendam secara permanen. Berdasarkan peta interaktif dari Climate Central wilayah London berisiko tenggelam pada 2030.

Sebagaimana diketahui, ibu kota Inggris itu diguyur hujan lebat belum lama ini dan menyebabkan banjir besar yang mengganggu lalu lintas mobil dan transportasi umum, terutama di distrik Battersea dan Tooting, seperti dilansir News Logics.

Eropa dan wilayah lain jug menghadapi bencana alam yang parah, seperti banjir dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh perubahan iklim, yang menciptakan gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mempercepat pencairan gletser.

Menurut para ilmuwan, pemanasan global akibat perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu rata-rata tahunan yang menyebabkan mencairnya gletser dan selanjutnya naiknya permukaan laut.

Perubahan tersebut mengganggu keseimbangan alam semua ekosistem, mengubah pola curah hujan, menyebabkan anomali suhu dan meningkatkan frekuensi bencana alam seperti angin topan, banjir, serta kekeringan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini