MATA INDONESIA, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa varian virus corona asal India telah ditemukan di 44 negara. Badan Kesehatan PBB ini mengatakan, varian B.1.617 dari virus corona ini terdeteksi di lebih dari 4,500 sampel yang diunggah ke database akses terbuka.
“WHO telah menerima laporan deteksi dari lima negara tambahan,” demikian pernyataan WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguan tentang pandemi, melansir Yahoo News, Rabu, 12 Mei 2021.
Awal pekan ini, WHO menyatakan B.1.617 – yang menghitung tiga sub-garis keturunan dengan mutasi dan karakteristik yang sedikit berbeda, sebagai varian serius. Untuk itu, varian ini ditambahkan ke daftar yang berisi tiga varian virus corona lainnya, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan.
Varian ini dipandang lebih berbahaya daripada versi asli virus corona karena lebih mudah menular, mematikan, dan mampu melewati beberapa perlindungan vaksin atau dengan kata lain mempan terhadap vaksin.
WHO menjelaskan bahwa varian virus asal India ini ditambahkan ke daftar varian serius, karena lebih mudah ditularkan daripada virus aslinya. WHO juga menunjuk pada bukti awal bahwa varian tersebut lebih resisten terhadap pengobatan dengan antibodi monoklonal.
India – negara berpenduduk 1,3 miliar orang, menjadi negara dengan kasus virus corona tertinggi nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dengan hampir 23 juta kasusdan saat ini mencatat lebih dari 300 ribu kasus baru dan hampir 4.000 kematian setiap hari.
Lonjakan kasus baru melanda kota-kota besar, termasuk ibu kota New Delhi dan pusat keuangan di kota Mumbai. Fakta ini mendorong rumah sakit ke titik puncak dan menyebabkan kekurangan oksigen dan tempat tidur yang parah.
“WHO menemukan bahwa kebangkitan dan percepatan penularan COVID-19 di India memiliki beberapa faktor penyebab potensial, termasuk peningkatan proporsi kasus varian SARS-CoV-2 dengan potensi peningkatan penularan,” sambung pernyataan tersebut.
Ini juga menunjuk pada beberapa acara pertemuan massal agama dan politik yang meningkatkan percampuran sosial; dan, kurangnya kepatuhan terhadap kesehatan masyarakat serta tindakan sosial.
“Kontribusi pasti dari masing-masing faktor ini pada peningkatan penularan di India tidak dipahami dengan baik,” lanjutnya.