MATA INDONESIA, JAKARTA – Uni Emirat Arab berharap dapat mencetak sejarah dengan menempatkan pesawat tanpa awak di orbit planet Mars. Untuk memenuhi harapan tersebut, tujuh bulan lalu Arab meluncurkan pesawat luar angkasa bernama Misbar al-Amal, berarti “Harapan” atau dikenal juga dengan nama “Hope”.
Hope saat ini bergerak dengan kecepatan lebih dari 120.000 km/jam, ia juga harus melakukan pengereman selama 27 menit supaya dapat ditangkap oleh gravitasi Planet Mars. Jika sukses, Hope akan memulai misinya untuk mempelajari iklim disana.
Omran Sharaf, direktur dari proyek ini, mengatakan saat ini mereka berada di fase yang menentukan apakah mereka bisa mencapai Mars, atau tidak. “Jika kita melaju terlalu lambat, kita akan menabrak Mars; jika kita melaju terlalu cepat, kita akan melewatkan Mars,” ujarnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, para insinyur telah mengatur lintasan pesawat tanpa awak itu supaya dapat mencapai planet pada waktu yang tepat untuk memulai pengereman. Pengendali misi di Pusat Antariksa Muhammad bin Rasyid (MBRSC) di Dubai akan mencatat data tentang kinerja mesin pendorong Hope, namun tidak ada yang bisa dilakukan jika terjadi kesalahan.
Pasalnya, Mars dan Bumi saat ini terpisah sejauh 190 juta km, yang berarti komando melalui gelombang radio perlu waktu 11 menit untuk mencapai wahana tersebut — terlalu lama untuk membuat perbedaan. Hope harus mengandalkan sistem otomatisnya untuk menyelesaikan manuver itu.
Salah satu teknisi propulsi, Ayesha Sharafi menganggap misi kali ini akan menegangkan; memikirkannya saja sudah membuatnya merinding, “Tapi kami memiliki sistem yang dapat mengkompensasi masalah apa pun yang mungkin terjadi selama pengereman, jadi saya rasa kami berada dalam posisi yang baik untuk sukses memasuki orbit Mars,” ujarnya.
Sinyal konfirmasi bahwa pengereman telah dimulai seharusnya sampai di Bumi tak lama setelah 19:40 Waktu Standar Teluk (22:40 WIB). Sinyal ini akan datang melalui antena radio Deep Space Network milik badan antariksa AS (NASA).
Hope membawa sekitar 800 kilo bahan bakar. Sekitar setengah dari massa ini akan dikonsumsi oleh enam pendorong yang terlibat dalam manuver selama 27 menit.
Tak lama setelah mesin dimatikan, pesawat ruang angkasa akan menghilang di belakang Mars seiring lintasannya menekuk ke posisi orbit yang direncanakan. Sekali lagi, tim di MBRSC akan harap-harap cemas menanti sinyal dari Hope melalui jaringan antena NASA.
Jika berhasil, mereka akan mendapatkan beberapa data ilmiah yang menarik dalam bulan-bulan mendatang. Lebih khusus lagi, ia dapat mempelajari bagaimana energi bergerak melalui atmosfer, dari bawah ke atas, sepanjang hari, dan melalui semua musim dalam setahun.
Satelit ini nantinya akan melacak hal seperti awan debu yang mempengaruhi suhu atmosfer Mars. Ia juga akan mengamati apa yang terjadi dengan perilaku atom netral hidrogen dan oksigen tepat di atas atmosfer. Ada dugaan bahwa atom-atom ini memainkan peran penting dalam erosi atmosfer Mars oleh partikel energi yang mengalir dari arah Matahari.
Ini berperan dalam cerita mengapa planet ini kehilangan sebagian besar air yang jelas pernah dimilikinya pada awal sejarahnya. Untuk mengumpulkan data pengamatannya, Hope akan mengambil posisi orbit di dekat ekuator yang berjarak 22.000 km hingga 44.000 km dari planet tersebut.
“Setiap gambar Mars yang kami dapatkan akan ikonik, tetapi saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya mendapatkan gambar utuh pertama Mars, begitu kami berada di orbit,” ujar Sarah Al-Amiri, menteri negara Emirat untuk teknologi canggih dan ketua Badan Antariksa UEA.
Kegembiraan di seluruh negeri sangat terasa. Gedung-gedung menyalakan lampu berwarna merah. Uni Emirat Arab akan mengandalkan misi ini untuk menjadi inspirasi bagi kaum muda dan pemuda Arab pada umumnya untuk mengambil mata pelajaran di sekolah dan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Misi ini dimulai enam tahun lalu untuk membuahkan hasil pada saat perayaan emas UEA (Federasi didirikan pada 2 Desember 1971). Ketika mulai menerbangkan satelit di Bumi pada 2009, negara ini belum memiliki keahlian penuh untuk melakukan misi antarplanet.
Oleh karena itu, Emirat mendekati sejumlah lembaga penelitian AS untuk melibatkan mereka sebagai mentor. Institusi Amerika termasuk Universitas Colorado di Boulder; Universitas Negeri Arizona; dan Universitas California, Berkeley.
“Secara pribadi menyenangkan, secara teknis menyenangkan, dan menyaksikan kemampuan pribadi setiap orang berkembang sangat memuaskan,” kata Pete Withnell, manajer program Hope di Laboratorium Fisika Atmosfer dan Luar Angkasa Colorado.
Reporter: Muhammad Raja A.P.