Ucapan Selamat Federer dan Djokovic untuk Nadal yang Ukir Rekor Grand Slam

Baca Juga

MATA INDONESIA, MELBOURNE – Rafael Nadal menjadi pengoleksi gelar grand slam terbanyak dengan 21 titel. Ucapan selamat meluncur dari dua rivalnya, Roger Federer dan Novak Djokovic.

Nadal merengkuh titel ke-21 grand slam sepanjang kariernya usai mengalahkan Daniil Medvedev di final Australian Open 2022. Petenis Spanyol itu comeback setelah sempat tertinggal dua set, 2-6 dan 6-7 (5-7) dan memenangi tiga set berikutnya 6-4, 6-4, dan 7-5.

Nadal memenangkan 14 titel French Open, tiga titel US Open, dua titel Wimbledon, dan dua titel Australian Open. Hanya Federer dan Djokovic yang mendekati torehan petenis kelahiran Mallorca itu dengan 20 titel.

“Pertandingan (final) yang luar biasa. Kepada rival sekaligus teman saya Rafael Nadal. Selamat karena menjadi pria pertama yang memenangkan 21 titel grand slam. Beberapa bulan lalu kami bergurau tentang kami yang memakai kruk (alat bantu jalan). Luar biasa. Jangan pernah anggap remeh juara sejati,” tulis Federer, di Instagram Story.

“Etos kerja luar biasa, dedikasi, dan semangat juang yang kamu tunjukkan adalah inspirasi bagi saya dan banyak petenis di seluruh dunia. Saya bangga bisa bermain di era yang sama. Saya yakin masih banyak pencapaian yang bisa diraih, tapi untuk saat ini nikmati momen satu ini,” ujarnya.

Ucapan selamat juga datang dari Djokovic. Petenis Serbia itu absen karena tidak divaksinasi Covid-19 dan dideportasi dari Australia.

“Ada banyak pertandigan tenis di Australian Open tahun ini dan dua final yang berlangsung sangat luar biasa. Selamat untuk Ashleigh Barty atas penampilan luar biasanya di depan fans tuan rumah dan Danielle Collins yang menjalani turnamen yang hebat,” kata Djokovic.

“Selamat untuk Rafael Nadal karena memenangkan titel grand slam ke-21. Pencapaian luar biasa. Selalu menunjukkan semangat juang tinggi. Daniil Medvedev sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan main penuh determinasi,” ucapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini