MATA INDONESIA, JAKARTA-Pemerintah Indonesia terus mendorong agar para investor berinvestasi di tanah air di sektor gas bumi.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, melalui keterangan tertulisnya, Kamis 12 Mei 2022.
“Investasi dalam proyek gas alam perlu ditingkatkan secara global untuk mendorong penggunaan gas alam yang lebih besar,” ujarnya.
Tutuka mengatakan, transisi energi bersih harus dilakukan secara komprehensif dalam berbagai tahapan dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan.
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), porsi gas bumi ditargetkan mencapai 24 persen dalam bauran energi nasional pada 2050. Cadangan gas Indonesia menjadi salah satu faktor penentu target tersebut.
Kementerian ESDM memproyeksikan total cadangan gas sejumlah 62,39 trilion standard cubic feet (TSCF) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah mengundang calon investor untuk berkontribusi dalam mengembangkan cadangan. “Pemerintah menawarkan kemudahan berusaha dan fasilitas pendukung bagi investor, mulai dari regulasi, perizinan, hingga insentif fiskal dan nonfiskal,” katanya.
Saat ini, konsumen gas terbesar di Indonesia adalah industri, listrik, dan pupuk. Sementara itu, sekitar 22,57 persen diekspor dalam bentuk gas alam cair atau LNG, dan 13,13 persen diekspor melalui pipa.
Total konsumsi gas mencapai 5.734,43 billion bristh thermal unit per day (BBTUD). Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD) pada 2030 untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Berdasarkan Neraca Gas Indonesia, diperkirakan ada potensi surplus untuk memasok kebutuhan industri baru di dalam negeri atau untuk diekspor.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk industri maupun pembangkit listrik, pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur, misalnya pipa gas.
Selain itu, pengembangan pipa LNG skala kecil dan virtual juga penting untuk mengamankan pasokan energi di daerah-daerah tertentu dengan kendala geografis, seperti di pulau-pulau kecil.
“Dengan cadangan dan potensi yang melimpah tersebut membuka pasar gas bumi di Indonesia. Kami menyambut para investor untuk bergabung dalam pengembangan gas di tanah air untuk menyediakan pasokan energi yang andal dan pada saat yang sama untuk mencapai target netralitas karbon pada 2060,” ujarnya.
Indonesia pertama kali memproduksi gas bumi pada 1965. Komoditas itu terus ditingkatkan untuk berbagai keperluan di dalam negeri. Saat ini, lebih dari 60 persen produksi gas Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik.