MATA INDONESIA, JAKARTA-Masa pandemi ini, tidak menyurutkan para petani tebu untuk bangkit. Hal itu dibuktikan dengan terjaminya kebutuhan stok gula kristal putih atau gula konsumsi nasional sekitar 800.000 ton.
Sekretaris Jendral (Sekjen) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin mengatakan angka itu bakal cukup memenuhi kebutuhan konsumsi nasional hingga empat bulan ke depan dengan rata-rata kebutuhan sekitar 200.000 ton/bulan.
“Kebutuhan gula nasional itu 200 ribu ton/ bulan. Kalau 200 ribu ton/ bulan, sementara stok ada cadangan 800 ribu ton, berarti stok itu cukup untuk 4 bulan, Januari, Februari, Maret dan April,” kata Khabsin.
Ia melanjutkan, di bulan Juni sendiri, petani tebu akan masuk masa giling sehingga pemerintah hanya perlu menutup kekosongan pada Mei hingga pertengahan Juni yang diperkirakan hanya butuh 200-300 ribu ton lagi.
Pemerintah sendiri sebenarnya sudah menerbitkan izin impor raw sugar sebanyak 646 ribu ton. Bila melihat data yang dipaparkan APTRI tadi, maka jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk mengisi kekosongan sekaligus mengisi cadangan darurat atau buffer stock.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Bernardi Dharmawan mengatakan saat ini pelaku industri masih melakukan akomodasi produksi dan distribusi kepada pengguna gula industri.
“Sejauh ini aman dan cukup untuk stok tentu juga akan dievaluasi lebih lanjut,” katanya.
Bernardi menjelaskan bahwa stok yang tersisa periode akhir tahun lalu di 11 pabrik rafinasi anggota AGRI saat ini berada di angka 360.000 ton, padahal kebutuhan bulanan untuk industri makanan dan minuman bisa mencapai 250.000 ton dan berpotensi naik pada akhir tahun yang bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru.
Sisi lain, persoalan gula lokal yang tidak mampu memenuhi kualitas industri merupakan pekerjaan rumah yang sudah cukup lama bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait saat ini. Awal 2020 lalu pun masih terjadi kelangkaan bahan baku untuk industri mamin.
Bernardi menyoroti, untuk perbaikan gula lokal agar mampu terserap industri saat ini perlu pembenahan pada aspek pertanian dari sisi produktivitas tebunya dan juga pembenahan di sisi pabrik untuk efisiensinya.