Soal Insiden di Gedung Kongres AS, Presiden Turki: Ini Aib Bagi Demokrasi

Baca Juga

MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Insiden di Capitol Hill atau Gedung Kongress pada Rabu (6/1) petang waktu setempat, masih menjadi perbincangan hangat para pemimpin dunia. Kini giliran Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan angkat suara.

Presiden Erdogan menyebut penyerbuan ke Gedung Kongres yang dilakukan para pendukung Presiden Donald Trump sebagai aib yang mengejutkan seluruh umat manusia di dunia.

Massa pendukung Presiden Trump yang tak terima dengan hasil Pilpres AS menyerbu Gedung Kongres dan menerobos barikade aparat kepolisian, meretas kamar-kamar Kongres, dan merusak simbol inti pemerintah federal. Aparat kepolisian bahkan harus menembakkan gas air mata demi membubarkan para pendukung Trump.

Presiden Erdogan sejatinya memiliki hubungan yang harmonis dengan Presiden Trump, pun dengan Presiden AS terpilih, Joe Biden. Erdogan bahkan memberikan ucapan selamat pada hari ketiga ketika Biden diputuskan memenangkan Pilpres AS.

“Ini merupakan aib bagi demokrasi. Kami berharap transisi ke Presiden Biden pada 20 Januari nanti akan damai dan Amerika akan kembali damai,” kata Presiden Erdogan, melansir English al Arabiya.

Akibat insiden di Gedung Kongres, empat orang warga AS dilaporkan meninggal dunia, satu di antaranya adalah veteran Angkatan Udara AS, Ashli Babbitt yang tewas ditembak.

Sedangkan dari pihak kepolisian melaporkan, salah satu anggotanya meninggal dunia akibat luka-luka yang dialaminya. Presiden Erdogan pun menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini