MATA INDONESIA, JAKARTA – Penggunaan media sosial oleh masyarakat sekarang ini cukup mengkhawatirkan. Meski menghadirkan sisi positif, tapi juga menimbulkan dampak negatif.
Apalagi, hoaks atau kabar bohong marak dan mengancam keutuhan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Henry Subiakto dalam Webinar Series yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sabtu 27 Februari 2021 mengatakan saat ini sudah ada anggapan media sosial sebagai ‘keranjang sampah’. Ini mengingat banyaknya disinformasi yang dikhawatirkan bakal berdampak luas terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Pengguna media sosial di Indonesia 196,7 juta orang. Platform ini jadi ajang aktivitas sosial, itulah yang menyebabkan muncul kegaduhan-kegaduhan. Media sosial jadi sumber disinformasi. Di mana fakta-fakta dikesampingkan dan keyakinan didahulukan. ”Itulah post truth paradocks of democracy,” kata Henry Subiakto.
Terlebih, kata Henry, beberapa platform media sosial kini marak digunakan sebagai jalan masuknya ideologi transnasional dan radikalisme. Menurutnya, ideologi transnasional dan radikalisme akan sangat berbahaya jika bersinergi dengan kekuatan politik praktis.
Dalam Webinar Series yang mengusung tema “Gotong Royong Mengaktualisasikan Pancasila: Pers Sebagai Akselerator Perubahan Melalui Media” itu, Henry menegaskan bahwa di tengah kondisi tersebut, peran pers sangat dibutuhkan. Menurutnya, pers menjadi benteng untuk mem-filter ideologi transnasional dan proxy asing.
Di era digital, pers dituntut berperan aktif menjaga nilai kebangsaan dan ruang digital dan tidak membiarkan sosial media menjadi ‘keranjang sampah’.