Sel-Sel FPI Masih Eksis, Pengamat : FPI Tidak Boleh Diberi Ruang Gerak

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bersikukuhnya para eks pengurus Front Pembela Islam (FPI) untuk membentuk organisasi baru bernama Front Persaudaraan Islam, semakin mencirikan mereka menganut paham radikal.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menanggapi hal ini dengan menegaskan bahwa kondisi tersebut tidak asing bagi kelompok radikal.

“Ini tidak mengherankan karena gesture kelompok radikal memang seperti itu,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, pada Senin 8 Februari 2021.

Menurutnya, masyarakat sudah bisa berpikir jernih dan memetakan antara kelompok radikal dan non radikal sehingga tidak mudah bagi FPI untuk bangkit kembali dan memengaruhi publik.

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa pelarangan hingga pembubaran FPI bisa menjadi momentum bagi pemerintah melakukan penetrasi sehingga sel-sel mantan ormas pimpinan Rizieq Syihab itu tidak bebas bergerak di Indonesia.

Supaya mereka tidak bangkit lagi karena sekecil apapun, kelompok radikal ini tidak boleh diberi ruang gerak di negara ini karena berbahaya bagi identitas bangsa kita.

Hal yang dilarang pemerintah adalah pengunaan simbol dan atribut FPI melalui keputusan bersama enam menteri dan lembaga yang meliputi Mendagri, Menkumham, Menkominfo, Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Kepala BNPT.

Menkopolhukam Mahfud MD juga sudah menginstruksikan kepada aparat pemerintah dan penegak hukum jika ada organisasi yang mengatasnamakan FPI harus ditolak.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini