Sebelum Terkenal, Ini Kerjaan Kang Pipit dari Preman, Pengamena Hingga Wartawan Buser

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Sebelum meninggal dunia, perjalanan kisah hidup seorang kang Pipit atau Pirmansyah Pitra sangatlah pahit. Namun, semua berubah ketika ia mendapatkan peran sebagai preman nyentrik di Preman Pensiun.

Tapi, bagaimana kisahnya semasa hidupnya sebelum meninggal dan meraih popularitas seperti saat ini? Sebelum diajak sutradara main sinetron, pemilik nama asli Ica Naga ini ternyata pernah mendekam dibalik jeruji besi.

Meski tidak menyebut berapa lama dia di sana, namun Pipit mengaku ada banyak pelajaran yang dia terima ketika di Rutan Kebonwaru.

Mendapat pengalaman hidup cukup berarti, rupanya Pipit pernah menjadi ketua RT ketika di Rutan Kebonwaru. Dia menjelaskan, ketua RT ini bertugas mengurusi penghuni LP lainnya.

Tak hanya itu, ia juga aktif di ormas, dia juga sempat menjadi reporter di media Buser News selama tujuh Tahun, bahkan, pada 1982 sempat mengamen.

Namun, sejak gabung di Preman Pensiun, ormas tidak dia tinggalkan. Hingga kini, Ica masih tergabung dalam tiga ormas yakni, AMS, Sundawani Jaga Lembur, dan K-Elite Bodyguard.

Dia pun mengaku, kehidupannya berubah 180 derajat setelah dikenal sebagai Pipit. Keterlibatannya di sinetron fenomenal itupun tidak sengaja. Sebab, Aris Nugraha, sang Sutradara, langsung meminta Ica ikut ambil peran tanpa melalui proses casting.

Itu sekilas mengenai kehidupan seorang kang Pipit yang menjadi pemain fenomenal di sinetron Preman Pensiun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini