MATA INDONESIA, MOSKOW – Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan bahwa pengerahan pasukan perdamaian ke Kazakhstan untuk membantu memadamkan protes anti-pemerintah di negara kaya minyak tersebut.
Sebagaimana diketahuti, ketika aksi demonstrasi pecah di Almaty, Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev meminta Rusia mengirimkan penjaga perdamaian dari Collective Security Treaty Organization (CSTO).
Sebagai catatan, CSTO merupakan aliansi militer pimpinan Rusia yang berbasis di Kota Moskow. Aliansi ini terdiri dari enam negara bekas Uni Soviet, yakni Belarusia, Kirgistan, Tajikistan, Armenia, dan tentu saja Rusia dan Kazakhstan.
Kemudian setelah kerusuhan pecah, CSTO mengirim lebih dari 2.000 personel militer penjaga perdamaian. Di mana seluruh personel ditempatkan di Almaty – bekas ibu kota Kazakhstan.
Selama pertemuan puncak CSTO yang berlangsung online, Presiden Tokayev menekankan bahwa ketertiban telah dipulihkan – beberapa jam setelah sang presiden mengizinkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap demonstran yang berpartisipasi dalam kerusuhan.
Presiden juga mengatakan bahwa tindakan kejam dan kekerasan yang dilakukan oleh para teroris serta bandit – selama aksi demonstrasi, tak lain untuk berusaha merusak tatanan Konstitusi di negaranya dan melakukan kudeta.
Terbaru, Presiden Tokayev mengungkapkan ada peran milisi dan ekstremis asal Asia Tengah, termasuk Afghanistan dan Timur Tengah, dalam kerusuhan massal yang terjadi di Kazakhstan dalam beberapa hari terakhir.
Melansir NHK.or.jp, Presiden Putin mengatakan tindakan aliansi itu datang pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar-benar legal dalam menghadapi invasi oleh teroris internasional.
Pernyataan tersebut muncul setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken mempertanyakan apakah Kazakhstan perlu meminta pengiriman pasukan CSTO.
