MATA INDONESIA, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden memberikan ucapan selamat kepada Perdana Menteri Israel baru, Naftali Bennett. Pria berusia 49 tahun itu berhasil menghentikan era Benjamin Netanyahu yang telah menduduki jabatan tersebut selama 12 tahun.
Dalam ucapan selamatnya, Presiden Biden juga berharap hubungan kedua negara akan semakin kuat dan mesra. Sebagaimana diketahui, Israel merupakan sekutu terdekat Paman Sam.
“Pemerintahan saya berkomitmen penuh untuk bekerja dengan pemerintah Israel yang baru untuk memajukan keamanan, stabilitas, dan perdamaian bagi Israel, Palestina, dan orang-orang di seluruh wilayah yang lebih luas,” kata Biden dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters, Senin, 14 Juni 2021.
Netanyahu yang akan berusia 72 tahun pada Oktober adalah pemimpin terlama Israel. Pemimpin Partai Likud itu menjabat sebagai Perdana Menteri Israel sejak 2009, setelah masa jabatan pertama dari 1996 hingga 1999.
Netanyahu juga merupakan politisi Israel paling dominan di generasinya dan telah menjelma menjadi wajah Israel di panggung internasional, dengan bahasa Inggrisnya yang halus dan suara baritonnya yang menggelegar.
Ia menggunakan status globalnya untuk menolak seruan negara Palestina dan menggambarkannya sebagai bahaya bagi keamanan Israel. Sebaliknya, Netanyahu berusaha untuk melewati masalah Palestina dengan menjalin kesepakatan diplomatik dengan negara-negara Arab regional, di belakang ketakutan bersama terhadap Iran.
Tetapi Netanyahu adalah sosok yang memecah belah di dalam dan luar negeri, dilemahkan oleh kegagalan berulang kali untuk meraih kemenangan pemilihan yang menentukan, dan oleh pengadilan korupsi yang sedang berlangsung di mana ia telah membantah melakukan kesalahan.
Lawan-lawannya telah lama mencerca karena retorika Netanyahu yang dianggap memecah belah, taktik politik licik, dan penundukan kepentingan negara demi kelangsungan politiknya sendiri.
Netanyahu pun berharap kembali menang di belakang peluncuran vaksinasi COVID-19 Israel yang mengalahkan dunia. Namun, diganggu oleh lawan yang sempat menuduhnya salah menangani krisis virus corona, sehingga menyebabkan kejatuhan ekonomi.
Berbicara di parlemen, Bennett menggemakan seruan Netanyahu agar AS tidak kembali ke pakta nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, kesepakatan yang dibatalkan oleh pendahulu Biden, Donald Trump.
“Pembaruan perjanjian nuklir dengan Iran adalah kesalahan, kesalahan yang akan kembali memberikan legitimasi kepada salah satu rezim paling gelap dan kejam di dunia. Israel tidak akan membiarkan Iran melengkapi dirinya dengan senjata nuklir,” kata Naftali Bennett.
Bennett juga berterima kasih kepada Presiden Biden atas komitmennya selama bertahun-tahun terhadap keamanan Israel dan setia mendukung Israel selama pertempuran dengan militan Hamas di Gaza. Bennett juga memastikah bahwa pemerintahnya akan menjalin hubungan baik dengan AS.