MATA INDONESIA, JAKARTA – Perokok laki-laki di Indonesia adalah yang terbanyak di dunia. Pernyataan ini keluar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang baru saja mengadakan survei Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021.
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi mengatakan, survei GATS 2021 untuk melihat seberapa banyak perokok Indonesia. ”Ternyata perokok Indonesia terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina. Kemudian perokok laki-laki Indonesia adalah yang terbanyak di dunia,” ujar Maria, Jumat 3 Juni 2022.
Maria menyebutkan sekitar 70,2 juta orang dewasa atau 34,5 persen ternyata merokok. Sementara perokok pria Indonesia mencapai 65,5 persen. Artinya, dia melanjutkan, sekitar tiga di antara lima pria Indonesia adalah perokok. “Ini banyak sekali,” ucapnya.
Kemenkes juga mencatat 33,3 persen adalah perokok perempuan, baik lewat tembakau tanpa asap atau produk tembakau asap. Kemudian, dia menambahkan, GATS juga mengungkap perokok anak-anak Indonesia usia antara 10 sampai 18 tahun juga naik dari 7,2 persen selama 2013 menjadi 9,1 persen di 2018.
Dengan tingginya jumlah orang dewasa merokok dan banyak anak-anak merokok, Maria mengakui beban kesehatan Indonesia tinggi. Sebab, dia melanjutkan, rokok menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker, gangguan kardiovaskular, termasuk stroke, jantung, paru-paru.
“Ini jadi beban kesehatan di Indonesia,” katanya.
Kemenkes juga mencatat 3,4 persen perokok berencana atau berpikir tidak lagi menghisap tembakau. Oleh karena itu, ia mengungkap Kemenkes ingin membantu para perokok Indonesia yang ingin berhenti.
Sebelumnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkhawatirkan prevalensi konsumsi merokok di Tanah Air. Ini merujuk hasil survei riset yang bertajuk Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 bahwa konsumsi rokok di Indonesia mengkhawatirkan.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) Indonesia meluncurkan hasil riset yang bertajuk GATS 2021 sangatlah mengkhawatirkan.
“Sebab laporan GATS membuktikan bahwa konsumsi rokok di Indonesia dalam kondisi darurat,” ujar Tulus.
Ia menambahkan, ada beberapa intisari laporan GATS dan data dari sumber lain membuktikan kedaruratan itu. Pertama, jumlah perokok selama 10 tahun terakhir 2011-2021, meningkat 8,8 juta perokok dewasa. Tercatat saat ini terdapat 69,1 juta dari semula 60,3 juta perokok.
Artinya, dia melanjutkan, 25 persen masyarakat Indonesia adalah perokok. Kedua, ia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia lebih banyak membelanjakan uangnya untuk membeli rokok. Jauh di atas produk padi padian, sayur sayuran, ikan/udang, telur susu, daging, dan lainnya.